Sabtu, 27 Juni 2015

Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari



Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
 Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila Sila ke V yang harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan hidup adalah sebagai berikut ( Soejadi, 1999 : 88- 90) :
1.      Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai religius, antara lain :
a.       Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya;
b.      Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintah- NYA dan menjauhi larangan-larangannya. Dalam memanfaatkan semua potensi yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Pemurah manusia harus menyadari, bahwa setiap benda dan makhluk yang ada di sekeliling manusia merupakan amanat Tuhan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya; harus dirawat agar tidak rusak dan harus memperhatikan kepentingan orang lain dan makhluk-makhluk Tuhan yang lain.
Penerapan Sila ini dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
misalnya menyayangi binatang; menyayangi tumbuhtumbuhan dan merawatnya; selalu menjaga kebersihan dan sebagainya. Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka pada orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang terhadap orang-orang yang selalu bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-NYA yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas Hidup itu sendiri.

2.      Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain sebagai berikut :
·         -Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan sehala hak dan kewajiban asasinya;
·         -Perlakuan yang adil terhdap sesama manusia, terhadap diri sendiri, alam sekitar dan terhadap Tuhan;
·         -Manusia sebagai makhluk beradab atau berbudaya yang memiliki daya cipta, rasa, karsa dan keyakinan.
Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan sehari hari  yaitu:
dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuanketentuan hukum yang berlaku dan sebagainya (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 558). Dalam hal ini banyak yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mengamalkan Sila ini, misalnya mengadakan pengendalian tingkat polusi udara agar udara yang dihirup bisa tetap nyaman; menjaga kelestarian tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar; mengadakan gerakan penghijauan dan sebagainya. Nilai-nilai Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab ini ternyata mendapat penjabaran dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 di atas, antara lain dalam Pasal 5 ayat (1) sampai ayat (3); Pasal 6 ayat (1) sampai ayat (2) dan Pasal 7 ayat (1) sampai ayat (2). Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2) dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3) dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Pasal 6 ayat (1) dikatakan, bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup. Dalam Pasal 7 ayat (1) ditegaskan, bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (2) ditegaskan, bahwa ketentuan pada ayat (1) di atas dilakukan dengan cara :
1.      Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat dan kemitraan;
2.      Menumbuhkembangkan kemampauan dan kepeloporan masyarakat;
3.      Menumbuhkan ketanggapsegeraan masya-rakat untuk melakukan pengwasan sosial;
4.      Memberikan saran pendapat;
5.      Menyampaikan informasi dan/atau menyam-paikan laporan

3.      Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
·         -Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme);
·         -Pengakuan terhadap kebhinekatunggalikaan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa;
·         -Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme).
Penerapan sila ini dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
dengan melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungan (Salladien dalam Burhan Bungin dan Laely Widjajati , 1992 : 156-158). Di beberapa daerah tidak sedikit yang mempunyai ajaran turun temurun mewarisi nilai-nilai leluhur agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh ketentuan-ketentuan adat di daerah yang bersangkutan, misalnya ada larangan untuk menebang pohon-pohon tertentu tanpa ijin sesepuh adat; ada juga yang dilarang memakan binatang-bintang tertentu yang sangat dihormati pada kehidupan masyarakat yang bersangkutan dan sebagainya. Secara tidak langsung sebenarnya ajaran-ajaran nenek leluhur ini ikut secara aktif melindungi kelestarian alam dan kelestarian lingkungan di daerah itu. Bukankah hal ini sudah mengamalkan Pancasila dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan sehari-hari.

4.      Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilainilai kerakyatan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang harus dicermati, yakni:
·         -Kedaulatan negara adalah di tangan rakyat;
·         -Pimpinan kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi akal sehat;
·         -Manusia Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama;
·         -Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat oleh wakilwakil rakyat.
Penerapan sila ini bisa dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan, antara lain (Koesnadi Hardjasoemantri, 2000 : 560 ) :
·         Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup;
·         Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup;
·         Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan
·         masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

5.      Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain :
a.       Perlakuan yang adil di segala bidang kehidupan terutama di bidang politik, ekonomi dan sosial budaya;
b.      Perwujudan keadilan sosial itu meliputi seluruh rakyat Indonesia;

c.       Keseimbangan antara hak dan kewajiban, menghormati hak milik orang lain;
·         -Cita-cita masyarakat yang adil dan makmur yang merata material spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia;
·         -Cinta akan kemajuan dan pembangunan.
Penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspekaspek pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam. Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut (Penabur Ilmu, 1999 : 40) :
·             Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi;
·             Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan pengunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan;
·             Mendelegasikan secara betahap wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam secara selektif dan pemeliharaan ling-kungan hidup, sehingga kualitas ekosistem tetap terjaga yang diatur dengan undangundang;
·             Mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseim-bangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang yang pengaturannya diatur dengan undang-undang;
·             Menerapkan indikator-indikator yang memungkinkan pelestarian kemampuan

Makalah Judging Sapi Perah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Ternak perah merupakan ternak yang menghasilkan susu melebihi kebutuhan konsumsi susu anak-anak sapi. Produksi susu tersebut dapat dipertahankan sampai waktu tertentu atau selama masa hidupnya walaupun anak-anaknya sudah disapih atau sudah tidak disusui lagi. Dengan demikian susu yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu antara lain kemampuan genetik sapi, struktur anatomi, struktur fisiologis sapi, makanan dan lingkungan. Kualitas air susu tergantung dari faktor bangsa, jenis, umur, pakan dan interval laktasi.
Pada dasarnya penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi penampilannya saja dan kadang-kadang terdapat hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan atau produksi. Oleh karena itu, dalam penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Jadi selalu ternak ternak tersebut mempunyai kedudukan urut atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik.
Untuk menilai ternak diantaranya  harus mengenal  bagian-bagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya,  bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi  yang akan dihasilkannya.
Memilih ternak berdasarkan visual berarti kita memilih ternak berdasarkan sifat-sifat yang tampak. Dalam cara ini memilih bibit hampir sama dengan seleksi untuk tujuan produksi. Seleksi berdasarkan visual ini biasa disebut dengan judging. Judging pada ternak dalam arti yang luas adalah usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam suatu kontes (santoso, 2004). Kapasitas badan diperhatikan dalam ukuran perut yang dalam, lebar dan panjang yang ditopang dengan kuat oleh tulang rusuk yang tangguh dengan lingkar dada yang besar. Sistem mamae harus besar, melekat dengan mantap sehingga dapat bertahan lama waktu diperah. Ambingnya besar, lunak dan lentur yang menunjukkan kelenjar susu yang aktif dan jumlahnya banyak disamping besarnya penampungan susu. Pembuluh vena darah harus menonjol karena jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi susu sangat besar (Blakely dan Bade, 1994). Penilaian sapi perah dilakukan dengan menggunakan kartu penilaian universal yang berisi aspek general appeareance, dairy character, body capacity dan mammary system dengan total nilai sebesar 100 (santoso, 2011).
1.2   Tujuan Penulisan
1.      Sebagai bahan acuan atau pedoman dalam memilih ternak
2.      Untuk mengetahui cara penilaian dan aspek yang dinilai dalam judging ternak
3.      Membandingkan fisik sapi perah bagian luar















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
            Judging maupun seleksi sapi perah dalam pengamatan berguna untuk menghubungkan antara tipenya sebagai sapi perah yang baik dengan fungsi produksi susunya. Pemberian deskripsi dalam penampilan sapi perah yang ideal biasanya menggunakan semacam kartu skor yang disebut The Dairy Cow Unified Score Card. Kartu skor tersebut dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu: penampilan umum (30 nilai), sifat sapi perah (20 nilai), kapasitas badan (20 nilai), sistem mammae (30 nilai) (Blakely dan Bade, 1995). Penilaian (judging) pada ternak sapi perah dilakukan melalui empat tahapan yaitu : 1) Pandangan samping yaitu untuk menilai keadaan lutut, kekompakan bentuk tubuh, keadaan pinggul dan kaki. 2) Pandangan belakang untuk menilai kelebaran pantat, kedalaman otot, kelebaran dan kepenuhan bokong dan keserasian berdiri pada tumpuan pada kaki-kakinya. 3) Pandangan depan untuk menilai bentuk dan ciri kepalanya, kebulatan bagian rusuk, kedalaman dada dan keadaan pertulangan serta keserasian kaki depan. 4) Perabaan. Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketitisan, kerapatan dan kelunakan kulit serta perlemakannya (bagian rusuk, transversus processus pada tulang belakang, pangkal ekor, bidang bahu (Santosa, 2007).
Sapi perah yang baik perlu memiliki alat-alat tubuh yang besar termasuk perut guna mencernakan makanan yang banyak yang diperlukan untuk menghasilkan susu yang banyak (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Penilaian judjing sapi perah ada empat, antara lain General Appearance, Dairy Character, Body Cappacity, dan Mammary System (Blakely dan Bade, 1998).



BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
3.1  Judging Sapi Perah
Judging adalah penilaian maupun seleksi sapi perah menyangkut pengamatan guna menghubungkan antara tipe sebagai sapi perah yang baik dengan fungsi produksi susunya (Blakely dan Bade, 1998). Penilaian judging menggunakan kartu skor yang disebut The Dairy Cow Unified Score Card, dimana kartu ini dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu penampilan umum, sifat perah, kapasitas badan, dan sistem mamae (Williamson dan Payne,
 1993).                                                                                                                                           Sapi perah yang bentuk luarnya bagus adalah pada bagian tubuh berbentuk segitiga yang menunjukan memproduksi susu yang tinggi, kepala yang panjang, sempit dan tak banyak daging, mata yang besar dan bersinar, sedangkan pada leher panjang, tipis dengan lipatan kulit yang halus dan gelambir kecil (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Penampilan umum memberikan gambaran tentang karakteristik bangsa serta sifat kebetinaan yang dimiliki oleh sapi perah (Williamson dan Payne, 1993).Klasifikasi penilaian tipe bangsa yaitu : sangat bagus (85 - 90), agak bagus (80 - 84), bagus (75 - 79), sedang (65 - 74), buruk (<65), klasifikasi ini dapat bervariasi menurut bangsa (Blakely dan Bade, 1995). Sapi termasuk kategori exellent dengan nilai lebih dari 90, good plus dengan nilai 85 – 90, good dengan nilai 75 – 85 dan poor  jika nilainya dibawah 75 (Bligh dan Johnson, 1973.
Sapi perah yang baik perlu memiliki alat-alat tubuh yang besar termasuk perut guna mencernakan makanan yang banyak yang diperlukan untuk menghasilkan susu yang banyak (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Penilaian judjing sapi perah ada empat, antara lain General Appearance, Dairy Character, Body Cappacity, dan Mammary System (Blakely dan Bade, 1998).

3.1.1        Penampilan Umum Sapi Perah (General Appearance)
Merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak,  dengan cara membandingkan bentuk-bentuk dari suatu bagian,  letak bagian tersebut dibandingakan dengan bentuk yang umum.  Penampilan umum ini memberikan gambaran tentang karakteristik bangsa serta sifat kebetinaannya.  Seekor sapi perah betina  yang   sedang berproduksi harus memperlihatkan penampilan secara umum yang serasi / harmonis, diantaranya memiliki simetri,  badan dan system mamae yang berimbang, kapasitas perut yang besar, serta garis atas badan yang  lurus dan panjang sebagai gambaran kemampuan menyusui dalam jangka panjang serta sebagai gambaran prestasi produksi yang tinggi.  Bagian-bagian tubuh sapi  yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi  yang akan dihasilkannya.
·         Kepala : Kepala harus atraktif dengan lubang hidung yang besar. Hal ini dapat menggambarkan tentang banyaknya pakan yang bisa dikonsumsi serta udara yang bisa dihirup melalui nafasnya.
·          Mata harus tajam dan telinga berukuran sedang. Umumnya kepala harus halus dan lebih menunjukkan karakteristik ternak perah daripada ternak potong.
·         Bahu (Shoulder) : Bahu harus kuat namun tidak kasar serta merata dengan tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata menandakan kurang kuat dalam menyangga bagian tubuh depan sapi.
·         Punggung : Punggung harus lurus dan kuat. Punggung yang lemah menandakan lemahnya tubuh secara umum.
·          Bokong / Rump dan pangkal paha (Thurl) : Bokong dan pangkal paha harus panjang dan kuat untuk menahan tubuh dan ambing.
·          Sapi harus memiliki tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin bones) untuk kapasitas yang lebih besar dan kemudahan dalam beranak.
·          Ekor harus ramping dan pangkal ekor harus berpadu dengan rapi pada bokong.
·         Kaki Sapi: Kaki harus lurus, kuat, cukup lebar untuk menyangga ambing yang lebih besar, serta memiliki sudut yang tepat untuk melangkah.
·          Pundak (withers): Pundak harus tajam melebihi bagian atas punggung. Hal ini menandakan tidak adanya lemak dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil susu yang baik. Kulit harus tipis, lepas, dan lentur.


3.1.2        Kapasitas Badan (Body Capacity)
mengacu pada kapasitas yang berhubungan dengan kerangka tubuh. Sapi dengan body capacity yang bagus memiliki lingkar dada dan lingkar perut yang luas. Saat menilai ternak ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang badan, lebar dan dalam dada sapi.


3.1.3        Sifat Perah (Dairy Character)
Merupakan bentuk badan sapi perah yang ideal yang  menggambarkan kemampuan produksi susu yang tinggi,  Gambaran tentang sifat perah tersebut diantaranya memiliki badan yang menyudut (anguler, dengan perdagingan yang tipis).  Hal ini memberikan gambaran kemampuan sapi perah untuk mengubah pakan menjadi susu bukan menjadi lemak.  Sapi perah harus memiliki daging  yang cukup, tidak terlalu kurus, tetapi juga tidak terlalu gemuk.  Secara singkat sapi perah memiliki ciri-ciri tubuh sebagai berikut:
a)        Tubuhnya luas ke belakang seperti baji atau gergaji
b)        Sistem dan bentuk perambingannya baik dan bentuk puting simetris
c)        Efisiensi pakan yang dialihkan untuk produksi susu tinggi
d)       Sifatnya baik dan jinak

3.1.4        Sistem Mamae
System mamae adalah system mamae yang besar, melekat dengan mantap sehingga bisa bertahan lama ketika disusui. Ambingnya besar, lunak dan lentur yang menunjukkan kelenjar susu aktif dan jumlahnya banyak. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang  dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar.  Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang. Putting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan.
Ambing harus besar. Ini menandakan adanya sejumlah jaringan sekresi susu. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing yang significant setelah pemerahan. Ambing harus baik perlekatannya pada perut untuk mencegah terjadinya luka pada ambing dan agar mudah beradaptasi dengan penggunaan alat mesin perah modern. Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar. Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang, panjangnya sedang melekat pada perut. Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada ambing sehingga memudahkan pemerahan (Masyadi, 2010)

Gambar 1. Sapi perah yang baik

3.2   Syarat-syarat Bibit Sapi Perah Yang Baik
A.    Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
·         produksi susu tinggi,
·         umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
·         berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai eturunan produksi susu tinggi,
·         bentuk tubuhnya seperti baji,
·         matanya bercahaya
·          punggung lurus,
·         bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
·         ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
·          tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.



B.     Sementara calon induk yang baik antara lain:
·         berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
·         kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
·         jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
·         pertumbuhan ambing dan puting baik,
·          jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
·         sehat dan tidak cacat.
C.     Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
·      umur sekitar 4- 5 tahun,
·      memiliki kesuburan tinggi,
·      daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
·      berasal dari induk dan pejantan yang baik,
·      besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
·      kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
·      muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
·      paha rata dan cukup terpisah,
·      dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
·      badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
·       sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya (Anonim, 2010.).

3.3  Body Condition Score (BCS)
Body Condition Score (BCS) merupakan suatu teknik penilaian yang membantu peternak dalam menilai kualitas dan performa ternak sapi perah. Penilaian kondisi tubuh dilakukan dengan cara pengamatan dan perabaan terhadap deposit lemak pada bagian tubuh ternak, yaitu pada bagian punggung dan seperempat bagian belakang, seperti pada bagian processus spinosus, processus spinosus ke processus transversus, processus transversus, legok lapar, tuber coxae (hooks), antara tuber coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri, dan pangkal ekor ke tuber ischiadicus dengan skor 1-5 (skor 1=sangat kurus, skor 3= sedang, dan skor 5= sangat gemuk) skala 0,25 (EDMONSON et al., 1989).
. Evaluasi terhadap nilai BCS dilakukan pada periode fisiologis ternak yaitu :
  • saat beranak ( at calving )
  • setelah beranak ( post partum )
  • saat dikawinkan ( breeding )
  • pemeriksaan kebuntingan ( pregnancy diagnosis )
  • periode lahir laktasi ( hari ke 250 laktasi )
  • saat pengeringan ( at dry off )
Mengevaluasi Induk Sapi Menggunakan BCS
BCS harus digunakan untuk mencapai kondisi tubuh yang optimal pada saat melahirkan. Hal ini akan memaksimalkan efisiensi reproduksi dan ekonomi secara keseluruhan pada populasi. Banyak faktor yang berhubungan dengan kondisi tubuh yang berubah sepanjang tahun. Setelah kelahiran, persyaratan nutrisi yang tinggi untuk laktasi untuk memelihara atau meningkatkan kondisi tubuh selama 60 hari pertama periode menyusui hampir mustahil. Umumnya sapi akan kehilangan satu level selama periode ini. Selain pemeliharaan dan tuntutan laktasi, sapi harus mempersiapkan diri untuk perkawinan selanjutnya. Sapi dewasa berbagai macam breed harus di BCS 5 atau lebih besar pada kelahiran untuk mencapai fungsi reproduksi yang memadai dengan musim kawin berikutnya. BCS di bawah 5 pada sapi dewasa mempengaruhi fungsional reproduksi dan massa estrus pertama
Cara mengukur dan menilai BCS pada ternak sapi.
      Sistem penilaian yang umum telah dikembangkan untuk memperkirakan rata-rata kondisi tubuh sapi dalam populasi. Sistem penilaian ini menyediakan skor relatif berdasarkan evaluasi timbunan lemak dalam hubungannya dengan fitur kerangka. Kondisi tubuh untuk sistem penilaian yang paling banyak digunakan untuk sapi memberikan skor dari 1 (kurus dan hampir tidak ada lemak) sampai 9 (berlebihan lemak). Penilaian 1-3 adalah kurus, nomor 4 tergolong  perbatasan, 5-6 yaitu optimal, sedangkan 7-9 adalah gemuk.
1.      Kurus parah; kelaparan dan lemah, tidak ada lemak terdeteksi di punggung, pinggul atau tulang rusuk; tailhead dan individual tulang rusuk terlihat mencolok; semua struktur rangka terlihat tajam dan biasanya ternak terserang penyakit. Dalam sistem produksi normal ternak di BCS ini jarang terjadi.
2.      Kurus; mirip dengan BCS 1, tapi tidak lemah; jaringan otot sedikit terlihat; tailhead dan iga kurang menonjol.
3.      Sangat kurus; tidak ada lemak diatas tulang rusuk atau di punggung; tulang punggung mudah terlihat, sedikit peningkatan dalam otot lebih dari BCS.
4.      Perbatasan; rusuk individu terlihat kurang tertutup lemak secara keseluruhan; otot meningkat melalui bahu dan kaki belakangnya, pinggul dan tulang punggung terlihat sedikit membulat dibandingkan penampilan tajam BCS 3.
5.      Sedang; lemak yang menutupi tulang rusuk meningkat, tulang rusuk umumnya hanya dibedakan 12 dan 13 secara individual, tailhead penuh tapi tidak bulat.
6.      Baik; tulang rusuk belakang dan tailhead terlihat agak bulat dan ketika diraba sedikit penumpukan lemak pada punggung.
7.      Gemuk; munculnya daging dan lemak dan ke belakang tailhead, dan punggung; tulang rusuk tidak terlihat; daerah vulva dan rektum eksternal mengandung timbunan lemak sedang; pada ambing sedikit berlemak.
8.      Sangat gemuk; kuadrat penampilan karena kelebihan lemak di punggung, tailhead, dan bagian belakangnya; penumpukan lemak ekstrim di punggung dan seluruh tulang rusuk; lemak yang berlebihan di sekitar vulva dan rektum; mobilitas dalam ambing mungkin mulai dibatasi.
9.      Obesitas; mirip dengan BCS 8, tetapi untuk tingkat yang lebih besar mayoritas  lemak  disimpan  pada  ambing  yang terbatas efektifitas laktasi.
Dalam sistem produksi normal ternak di BCS ini jarang terjadi.
Berikut adalah contoh dari aspek penilaian BCS:
      I.         
KEADAAN UMUM

Ciri-ciri Umum
:

Sifat Kebetinaan
: Feminim dan Jinak

Keharmonisan
: Kombinasi dari seluruh bagian tubuh serasi

Sifat Karakteristik BS
:

Warna putih belang hitam/hitam belang putih

Ekor harus putih (tidak boleh hitam)

Di bawah lutut dan siku tidak boleh hitam

Badan besar dan kemampuan makan banyak

Kepala
:


-   Panjang-sempit-lurus


-   Tanduk mengarah ke depan & belok ke dalam


-   Moncong lebar & luas


-   Mata lebar & cerah-menonjol; jarak keduanya lebar


-   Dahi agak lebar


-   Batang hidung lurus


-   Ukuran telinga sedang & terangkat tajam


-   Rambut panjang pada puncak kepala tidak baik

Bahu
: Rata dan merapat dengan tubuh

Punggung
:


-   Lurus (dari gumba à pangkal ekor)


-   Tulang punggung nampak jelas, lurus & kuat


-   Pinggang luas dan lebar

Kemudi (Pinggul)
: Panjang, lebar & luas/rata & tinggi

Pangkal ekor
: Membentuk garis lurus dengan garis punggung &
  tidak keras

Ekor
: Ramping dan Langsing

Kaki depan
: Ukurannya sedang, lurus/tegak; jarak keduanya
  lebar

Kaki belakang
: Hampir tegak lurus dengan siku ke bawah berupa
  garis lurus jika dilihat dari belakang

Tracak
: Rata, halus & rapi










  II.         
SIFAT PERAHAN
: Agak kurus, cerah & langsing

  Bentuk         
: Segi tiga baji/sperti gergaji


: Halus

  Leher
: Panjang, licin, terpaut halus dengan bahu & dada 
  bagian depan (Brisket); Terdapat lipatan kulit
  pada pankal leher & dada bagian depan

  Gumba / Pundak
: Agak tajam & tipis/menonjol

  Tulang Rusuk
: Lebar, pipih & panjang; jarak agak lebar ± 3 jari

  Flank
: Dalam & halus

  Paha
: Rata sampai berliku/rata dilihat dari belakang;
  Dari belakang tampak melebar (Untuk ruang
  ambing)

  Lipat paha
: Nampak jelas

  Kulit & Rambut
:


-   Kulit : Lentur, longgar dengan bagian dalamnya & mudah dilipat


-   Rambut : Halus & mengkilap



    III.    
KAPASITAS TUBUH

  Lingkar perut
: Dalam dan besar kearah belakang

  Lingkar dada
: Luas dan dalam; Jarak kedua pangkal kaki depan
  (dasar dada) cukup lebar
  Lingkar dada menunjukkan Konstitusi & Vigor

  Size (besar)
: PENTING!! Bila karakteristik sama
Sapi yang besar à Lebih baik

    IV.    
SISTIM AMBING

a)     Ambing Keseluruhan :

    Pertautan
: Baik dan kuat di bawah perut, -diantaranya ke2
  kaki belakang, -mulai sedikit dibawah vulva (alat
  kelamin dibagian belakang & kedepan menjulur
  samapi kebawah perut)

    Ukuran
: Bagian depan & belakang ambing hampir sama
  besarnya dengan batas-batas yang hamper tidak
  kentara diantara ke4 kwartir
à jika dilihat dari
  samping; simetris, panjangnya sedang, lebar &
  dalam




b)    Ambing Depan
: Panjangnya sedang; pertautannya baik; lebarnya
  kompak dari depan ke belakang

c)     Ambing belakang
: Tinggi, Lebar, Ramping, agak bulat; Lebarnya
  kompak dari atas ke bawah; pertautannya kuat

d)    Putting
:


-   Terdapat 4 buah (4 bagian kwartir)


-   ke 4 putting ukurannya sama (simetris) & cukup besarnya


-   Panjang & diameternya sedang


-   Bentuk silindris


-   Posisinya tegak lurus vertical) & tampak baik (simetris) dari depan hingga belakang

e)     Vena Susu
: Jelas, basar, panjang, bekelok-kelok (berliku-liku)
& bercabang

Gambar 2. Penilaian bcs sapi perah dari belakang
Gambar 3. Sapi perah dengan Bcs buruk              Gamar 4. Sapi Bcs baik


BAB IV
PENUTUP

4.1    Kesimpulan
1.      Judging adalah penilaian maupun seleksi sapi perah menyangkut pengamatan guna menghubungkan antara tipe sebagai sapi perah yang baik dengan fungsi produksi susunya.
2.      Dalam judging aspek yang dinilai adalah penampilan umum, sifat perah, kapasitas badan, dan sistem mamae
3.      Sapi perah yang baik mempunyai bentuk badan yang tidak gemuk dan tidak terlalu kurus
4.2    Saran
1.      Judging harus dilakukan oleh orang yang ahli dalam bidangnya
2.      Didalam penilaian body condition score hal yang utama yang perlu diperhatikan adalah keadaan sapi karena sapi yang stress akan mempengaruhi hasil penilaian


DAFTAR PUSTAKA