Kamis, 26 Maret 2015

PENGAMATAN TANDA - TANDA SAPI BERAHI



LAPORAN PRAKTIKUM
PENGAMATAN TANDA-TANDA SAPI PERAH BERAHI
TATALAKSANA PEMELIHARAAN SAPI PERAH PEDET DAN DARA


Description: C:\Users\User\Pictures\campuran\dara.jpg
Oleh:
1.      Cecep Sulaeman WH
2.      Roni Setyanto
3.      Widiana Tias Anggreani
4.      Yugo Saputro



AGRIBISNIS SAPI PERAH
SEMESTER 2
PUSAT PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
 TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN CIANJUR
JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER
VEDCA CIANJUR
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pada ternak mamalia dewasa fluktuasi berbagai hormon reproduksi dikenal sebagai siklus estrus yang terdiri atas proestrus, estrus, mesestrus dan diestrus atau secara global umunya dikenal dengan phase folikel (fase pertumbuhan, yang ditandai dengan level estrogen tinggi, sedangkan fase luteal memiliki waktu yang cukup panjang ditandai dengan perkembangan corpus luteum dan kadar progreteron tinggi) sekresi FSH terjadi secara ritmis selama 4-5 hari sebelum birahi, menjelang fase luteal berakhir konsentrasi FSH dalam plasma meningkat dan akan merangsang pertumbuhan folikel.
Dalam waktu yang cukup singkat dibawah pengaruh FSH dan estradiol 17 ß terjadi pembentukan reseptor-reseptor untuk kedua macam hormon tersebut, sedangkan pada sel-sel granula juga terjadi induksi pembentukan reseptor untuk LH.
Ditinjau dari produksi susu yang tinggi dan kondisi pakan yang buruk, maka hipofungsi ovarium mungkin adalah penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi perah. Kegagalan estrus atau anestrus pada ternak sapi merupakan gejala utama dari banyak faktor lain yang mempengaruhi siklus birahi. Anestrus akibat hipofungsi ovarium sering berhubungan dengan gagalnya sel-sel folikel menanggapai rangsangan hormonal, adanya perubahan kuantitas maupun kualitas sekresi hormonal, menurunnya rangsangan yang berhubungan dengan fungsi hipotalamus. Dengan dasar inilah melatarbelakangi sehingga dilakukan praktikum Ilmu Reproduksi Ternak mengenai Pengamatan Estrus pada Ternak Sapi, dan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhinya.

B.     Tujuan
1.      Untuk melihat dan mengamati tingkah laku birahi ternak sapi betina baik secara langsung (visual) maupun secara fisiologis.
2.      Mahasiswa mampu melihat dan mengamati tingkah laku birahi ternak sapi betina baik secara langsung (visual) maupun secara fisiologis.
C.    Waktu dan Tempat
Praktikum dilakukan pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2015 di Departemen Peternakan Agribisnis Sapi Perah PPPPTK Pertanian Cianjur.
D.    Tinjauan Pustaka
Birahi atau estrus atau heat, didefinisikan sebagai periode waktu dimana betina mau menerima kehadiran jantan, kawin, dengan perkataan lain betina atau dara aktif seksualitasnya. Dalam program perkawinan alami atau IB, seorang manager reproduksi ternak harus mampu mengenali tanda-tanda berahi dan factor-faktor yang mendorong berlangsungnya tingkah laku berahi yang normal. Kadar hormon estrogen yang tinggi mempunyai kaitan dengan pemunculan tanda-tanda berahi, adapun pada dasarnya pemunculan tingkah laku berahi secara sempurna merupakan pengaruh interaksi antara estrogen dan indera, dalam hal ini terlibta satu gabungan indera penciuman, pendengaran dan indera penglihatan. Indera perasa/sentuhan pun penting pada sapi betina yang melangsungkan perkawinan, melalui gigitan, jilatan, endusan merupakan bagian dari percumbuan sebelum kopulasi terjadi. Pada umumnya, sapi betina induk dan dara enggan istirahat, aktif selama berahi.  Sapi-sapi betina mempunyai sifat yang unik, dimana cenderung homosexual, sehingga memudahkan dalam deteksi berahi sekalipun tidak ada pejantan. Betina yang berahi akan menyendiri, menaiki temannya, bahkan mungkin juga menciumi vulva dan seringkali mengangkat dan mengibas-ibaskan dan mungkin meninggalkan kelompoknya mencari pejantan ekornya. Betina-betina yang berahi mempunyai vulva yang lembab, lendir bening seringkali nampak keluar dari vulva. Betina yang dalam fase lain dalam siklus berahi bisa jadi menaiki betina lain, tetapi tidak mau jika dinaiki, oleh karena itu betina diam dinaiki merupakan tanda tunggal yang kuat bahwa betina dalam keadaan berahi. Jika seekor betina memasuki siklus berahi, manakala betina tersebut dalam keadaan fertile, dimana betina ini berovulasi atau melepas sel telur dari ovariumnya. Waktu terbaik untuk menginseminasi adalah jika betina dalam keadaan standing heat, yaitu sebelum terjadi ovulasi. Satu hal yang dianjurkan untuk mengadakan pendeteksian berahi adalah denga cara menempatkan sapi-sapi dara atau induk pada sebuah padang penggembalaan deteksi berahi. Padang penggembalaan ini seyogyanya cukup luas, memungkinkan betina-betina bisa kesana-kemari dan bebas merumput, namun juga tidak terlalu luas, sehingga operator dapat mengadakan deteksi berahi dengan mudah. Satu kunci sukses dalam deteksi berahi adalah lamanya waktu untuk mengamati betina-betina, memeriksa tanda-tanda berahi, adalah dianjurkan bagi operator meluangkan waktu selama minimal 30 menit pada pagi hari dan 30 menit pada sore hari. Operator juga dianjurkan memperhatikan betina-betina pada waktu-waktu yang sama setiap hari. Jadi, mempelajari mengenal tanda-tanda berahi dan mengetahuinya betina-betina yang sedang berahi merupakan kunci suksesnya satu program IB.

Tanda - tanda berahi pada sapi betina adalah :
1.   Ternak gelisah.
2.   Sering melenguh ( dalam bahasa jawa bengak bengok dalam suara emah emoh).
3.   Suka menaiki dan dinaiki sesamanya.
4.   Vulva : bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa     Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
5.   Dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna.
6.   Nafsu makan berkurang.
7.  Jika dipalpasi perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan   permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf yang membesar dan sudah matang.

Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka. Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitungoleh para ahli, perkiraannya adalah :
1.   Permulaan birahi : 44%.
2.   Pertengahan birahi : 82%
3.   Akhir birahi : 75%
4.   6 jam sesudah birahi : 62,5%
5.   12 jam sesudah birahi : 32,5%
6.   18 jam sesudah birahi : 28%
7.   24 jam sesudah birahi : 12%

Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan adalah :
1.   Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
2.   Inseminator kurang / tidak terampil;
3.   Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
4.   Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
5.   Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.



























BAB II
METODE DAN CARA KERJA

A.    Alat dan Bahan
1.      Alat
a)      Alat tulis
b)      Pakaian praktek
2.      Bahan
a)      Sapi perah dara
B.     Langkah Kerja
1.      Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Memperhatikan keselamatan kerja.
3.      Mendatangi kandang sapi perah yang telah tersedia.
4.      Melakukan pengamatan tanda – tanda birahi pada sapi perah baik secara visual maupun fisiologis.
5.      Mencatat hasil pengamatan pada lembar kerja.
6.      Menyimpulkan hasil kegiatan praktikum dengan membuat laporan.













BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Pengamatan
Dalam pengamatan kami selama praktikum, tidak ada sapi yang sedang birahi hal ini terlihat dari beberapa tanda- tanda yaitu:
1.      Sapi tidak terlihat gelisah.
2.      Sapi tidak sering melenguh ( dalam bahasa jawa bengak bengok dalam suara emah emoh). Artinya disini sapi tetap melenguh hanya sebatas melenguh biasa mungkin karena lapar.
3.      Sapi tidak menaiki dan dinaiki sesamanya.
4.      Vulva : tidak terlihat bengkak, tidak berwarna merah, dan bila diraba tidak terasa hangat (3 A dalam bahasa     Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
5.      Dari vulva tidah mengeluarkan lendir yang bening dan tidak berwarna.
6.      Nafsu makan normal.
7.      Jika dipalpasi perektal maka uterus tidak berkontraksi, tegang, mengeras dengan   permukaan rata, cervik tidak berelaksasi dan pada ovarium tidak terdapat folikel de graaf yang membesar dan sudah matang.

B.     Pembahasan

1.      Pubertas
         Perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bangsa sapi dan manajemen pemberian pakan. Dalam kondisi pemberian pakan yang baik pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan. Berat badan dan atau besar tubuh lebih penting daripada umur, sebab sapi yang diberi pakan rendah dua kali lebih tua daripada umur yang dicapai oleh sapi dengan tingkatan yang tinggi. Dimana bobot badan yang ideal untuk pubertas berkisar 227 – 272 kg pada umur rata – rata 15 bulan.
Sapi mencapai dewasa kelamin sebelum dewasa tubuh tercapai. Keterangan ini memberi petunjuk agar tidak mengawinkan sapi betina pada waktu munculnya tanda-tanda pubertas yang pertama, Karena jika mengawinkan terlalu cepat, maka sapi akan bunting dengan kondisi badan masih dalam proses pertumbuhan, maka tubuhnya harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan anak dalam rahimnya (Rianto,2009).
2.      Berahi
Berahi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus reproduksi. Siklus ini dimulai dengan pubertas atau dewasa kelamin yang ditandai reproduksi dengan berfungsinya organ-organ kelamin betina. Kemudian musim kawin yang ditandai dengan siklus birahi, kopulasi, adanya kelahiran setelah kebuntingan dan anak disapih. Maka ternak betina akan kembali ke masa siklus birahi dan seterusnya (Toelihere, 1981).
Siklus birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrusProestrus ditandai dengan pertumbuhan folikel tersier menjadi folikel de graff. Kelenjar endometrium memanjang, cervix mulai merelaksasi dan lumen cervix mulai memproduksi lendir. Estrus ditandai dengan adanya kopulasi, ovum telah masak dan dinding folikel menjadi tipis serta terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel). Metestrus ditandai dengan pembentukan corpus hemorragicum ditempat folikel de graff, kelenjar kental disekeresikan oleh cervix untuk menutup lubang cervixDiestrus ditandai dengan kebuntingan dan adanya sel-sel kuning (luteum) di bawah lapisan hemoragik (Partodihardjo, 1980).

Pada sapi 05 vedca yang kami amati yaitu menunjukan tidak menunjukan tanda -
tanda birahi karena:
1.      Sapi tidak terlihat gelisah, sapi tersebut terlihat seperti biasanya.
2.      Sapi tidak sering melenguh ( dalam bahasa jawa bengak bengok dalam suara emah emoh). Artinya disini sapi tetap melenguh hanya sebatas melenguh biasa mungkin karena lapar.
3.      Sapi tidak menaiki dan dinaiki sesamanya. Disini terdapat 2 kemungkinan yaitu pertama karena sapi tidak menunjukkan tanda-tanda birahi dan yang kedua sapi tersebut dalam kondisi diikat pada tiang pengikat sehingga sapi tidak menaiki dan dinaiki sesamanya.
4.      Keadaan vulva:
a)      Tidak berwarna merah,hangat ataupun bengkak karena memang sapi tersebut tidak menunjukan birahi jadi keadaan vulva  berwarna normal.
b)      Suhunya hangat sepeti biasanya dan,
c)      vulva tidak telihat bengkak karena keadaannya tidak tegang dan tidak mengeras.
5.      Dari vulva pun tidak mengeluarkan cairan lendir tetapi terlihat kering, kalaupun basah karena sehabis kencing ataupun buang air besar.
6.      Nafsu makan sapi tersebut normal, atau bahkan malah masih kelaparan karena kekurangan pakan akibat pemberian pakan yang kurang sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut.





BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.      Sapi 05 vedca setelah melihat tanda-tanda yang telah kami amati bahwa sapi tersebut tidak menunjukan tanda  - tanda birahi.






































DAFTAR PUSTAKA

2.      http://www.ilmuternak.com/2015/01/tanda-tanda-birahi-estrus-pada-sapi.html

1 komentar:

  1. What is a Casino Dealer? - Dr.MCD
    Online 여수 출장샵 gambling is not only a form of entertainment, 의정부 출장마사지 but also 전라북도 출장샵 the 시흥 출장안마 place to play, a place to wager, as well as 속초 출장샵 a place to play.

    BalasHapus