LAPORAN PRAKTIKUM
PENGAMATAN TANDA-TANDA SAPI PERAH
BERAHI
TATALAKSANA PEMELIHARAAN SAPI PERAH
PEDET DAN DARA

Oleh:
1. Cecep
Sulaeman WH
2. Roni
Setyanto
3. Widiana
Tias Anggreani
4. Yugo
Saputro
AGRIBISNIS SAPI PERAH
SEMESTER 2
PUSAT PENGEMBANGAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
TENAGA
KEPENDIDIKAN (PPPPTK) PERTANIAN CIANJUR
JOINT PROGRAM POLITEKNIK NEGERI JEMBER
VEDCA CIANJUR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pada ternak mamalia dewasa fluktuasi berbagai hormon
reproduksi dikenal sebagai siklus estrus yang terdiri atas proestrus, estrus,
mesestrus dan diestrus atau secara global umunya dikenal dengan phase folikel
(fase pertumbuhan, yang ditandai dengan level estrogen tinggi, sedangkan fase
luteal memiliki waktu yang cukup panjang ditandai dengan perkembangan corpus luteum
dan kadar progreteron tinggi) sekresi FSH terjadi secara ritmis selama 4-5 hari
sebelum birahi, menjelang fase luteal berakhir konsentrasi FSH dalam plasma
meningkat dan akan merangsang pertumbuhan folikel.
Dalam waktu yang cukup singkat dibawah pengaruh FSH dan estradiol 17 ß terjadi pembentukan reseptor-reseptor untuk kedua macam hormon tersebut, sedangkan pada sel-sel granula juga terjadi induksi pembentukan reseptor untuk LH.
Ditinjau dari produksi susu yang tinggi dan kondisi pakan yang buruk, maka hipofungsi ovarium mungkin adalah penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi perah. Kegagalan estrus atau anestrus pada ternak sapi merupakan gejala utama dari banyak faktor lain yang mempengaruhi siklus birahi. Anestrus akibat hipofungsi ovarium sering berhubungan dengan gagalnya sel-sel folikel menanggapai rangsangan hormonal, adanya perubahan kuantitas maupun kualitas sekresi hormonal, menurunnya rangsangan yang berhubungan dengan fungsi hipotalamus. Dengan dasar inilah melatarbelakangi sehingga dilakukan praktikum Ilmu Reproduksi Ternak mengenai Pengamatan Estrus pada Ternak Sapi, dan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dalam waktu yang cukup singkat dibawah pengaruh FSH dan estradiol 17 ß terjadi pembentukan reseptor-reseptor untuk kedua macam hormon tersebut, sedangkan pada sel-sel granula juga terjadi induksi pembentukan reseptor untuk LH.
Ditinjau dari produksi susu yang tinggi dan kondisi pakan yang buruk, maka hipofungsi ovarium mungkin adalah penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi perah. Kegagalan estrus atau anestrus pada ternak sapi merupakan gejala utama dari banyak faktor lain yang mempengaruhi siklus birahi. Anestrus akibat hipofungsi ovarium sering berhubungan dengan gagalnya sel-sel folikel menanggapai rangsangan hormonal, adanya perubahan kuantitas maupun kualitas sekresi hormonal, menurunnya rangsangan yang berhubungan dengan fungsi hipotalamus. Dengan dasar inilah melatarbelakangi sehingga dilakukan praktikum Ilmu Reproduksi Ternak mengenai Pengamatan Estrus pada Ternak Sapi, dan mengamati faktor-faktor yang mempengaruhinya.
B. Tujuan
1. Untuk melihat dan mengamati tingkah laku birahi ternak sapi
betina baik secara langsung (visual) maupun secara fisiologis.
2. Mahasiswa mampu melihat dan mengamati tingkah laku birahi
ternak sapi betina baik secara langsung (visual) maupun secara fisiologis.
C. Waktu
dan Tempat
Praktikum
dilakukan pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2015 di Departemen Peternakan
Agribisnis Sapi Perah PPPPTK Pertanian Cianjur.
D. Tinjauan
Pustaka
Birahi atau estrus atau heat,
didefinisikan sebagai periode waktu dimana betina mau menerima kehadiran
jantan, kawin, dengan perkataan lain betina atau dara aktif seksualitasnya.
Dalam program perkawinan alami atau IB, seorang manager reproduksi ternak harus
mampu mengenali tanda-tanda berahi dan factor-faktor yang mendorong
berlangsungnya tingkah laku berahi yang normal. Kadar hormon estrogen yang
tinggi mempunyai kaitan dengan pemunculan tanda-tanda berahi, adapun pada dasarnya
pemunculan tingkah laku berahi secara sempurna merupakan pengaruh interaksi
antara estrogen dan indera, dalam hal ini terlibta satu gabungan indera
penciuman, pendengaran dan indera penglihatan. Indera perasa/sentuhan pun
penting pada sapi betina yang melangsungkan perkawinan, melalui gigitan,
jilatan, endusan merupakan bagian dari percumbuan sebelum kopulasi terjadi. Pada
umumnya, sapi betina induk dan dara enggan istirahat, aktif selama
berahi. Sapi-sapi betina mempunyai sifat yang unik, dimana cenderung
homosexual, sehingga memudahkan dalam deteksi berahi sekalipun tidak ada
pejantan. Betina yang berahi akan menyendiri, menaiki temannya, bahkan mungkin
juga menciumi vulva dan seringkali mengangkat dan mengibas-ibaskan dan mungkin
meninggalkan kelompoknya mencari pejantan ekornya. Betina-betina yang berahi
mempunyai vulva yang lembab, lendir bening seringkali nampak keluar dari vulva.
Betina yang dalam fase lain dalam siklus berahi bisa jadi menaiki betina lain,
tetapi tidak mau jika dinaiki, oleh karena itu betina diam dinaiki merupakan
tanda tunggal yang kuat bahwa betina dalam keadaan berahi. Jika seekor betina
memasuki siklus berahi, manakala betina tersebut dalam keadaan fertile, dimana
betina ini berovulasi atau melepas sel telur dari ovariumnya. Waktu terbaik untuk
menginseminasi adalah jika betina dalam keadaan standing heat, yaitu sebelum
terjadi ovulasi. Satu hal yang dianjurkan untuk mengadakan pendeteksian berahi
adalah denga cara menempatkan sapi-sapi dara atau induk pada sebuah padang
penggembalaan deteksi berahi. Padang penggembalaan ini seyogyanya cukup luas,
memungkinkan betina-betina bisa kesana-kemari dan bebas merumput, namun juga
tidak terlalu luas, sehingga operator dapat mengadakan deteksi berahi dengan
mudah. Satu kunci sukses dalam deteksi berahi adalah lamanya waktu untuk
mengamati betina-betina, memeriksa tanda-tanda berahi, adalah dianjurkan bagi
operator meluangkan waktu selama minimal 30 menit pada pagi hari dan 30 menit
pada sore hari. Operator juga dianjurkan memperhatikan betina-betina pada
waktu-waktu yang sama setiap hari. Jadi, mempelajari mengenal tanda-tanda
berahi dan mengetahuinya betina-betina yang sedang berahi merupakan kunci
suksesnya satu program IB.
Tanda - tanda berahi pada sapi
betina adalah :
1. Ternak gelisah.
2. Sering melenguh
( dalam bahasa jawa bengak bengok dalam suara emah emoh).
3. Suka menaiki dan
dinaiki sesamanya.
4. Vulva : bengkak,
berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam
bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
5. Dari vulva
keluar lendir yang bening dan tidak berwarna.
6. Nafsu makan
berkurang.
7. Jika dipalpasi perektal maka uterus terasa
kontraksi, tegang, mengeras dengan permukaan
tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf yang
membesar dan sudah matang.
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam
keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi
yang terbuka. Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi
pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitungoleh para ahli,
perkiraannya adalah :
1. Permulaan birahi
: 44%.
2. Pertengahan
birahi : 82%
3. Akhir birahi :
75%
4. 6 jam sesudah
birahi : 62,5%
5. 12 jam sesudah
birahi : 32,5%
6. 18 jam sesudah
birahi : 28%
7. 24 jam sesudah
birahi : 12%
Faktor - faktor yang menyebabkan
rendahnya prosentase kebuntingan adalah :
1. Fertilitas dan
kualitas mani beku yang jelek / rendah;
2. Inseminator kurang
/ tidak terampil;
3. Petani /
peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
4. Pelaporan yang
terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
5. Kemungkinan
adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.
BAB II
METODE DAN CARA KERJA
A.
Alat dan Bahan
1. Alat
a) Alat
tulis
b) Pakaian
praktek
2. Bahan
a) Sapi
perah dara
B.
Langkah Kerja
1. Mempersiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2. Memperhatikan
keselamatan kerja.
3. Mendatangi
kandang sapi perah yang telah tersedia.
4. Melakukan
pengamatan tanda – tanda birahi pada sapi perah baik secara visual maupun
fisiologis.
5. Mencatat
hasil pengamatan pada lembar kerja.
6. Menyimpulkan
hasil kegiatan praktikum dengan membuat laporan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Dalam
pengamatan kami selama praktikum, tidak ada sapi yang sedang birahi hal ini
terlihat dari beberapa tanda- tanda yaitu:
1.
Sapi tidak terlihat gelisah.
2.
Sapi tidak sering melenguh ( dalam
bahasa jawa bengak bengok dalam suara emah emoh). Artinya disini sapi tetap
melenguh hanya sebatas melenguh biasa mungkin karena lapar.
3.
Sapi tidak menaiki dan dinaiki
sesamanya.
4.
Vulva : tidak terlihat bengkak, tidak
berwarna merah, dan bila diraba tidak terasa hangat (3 A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, anget, atau 3 B dalam
bahasa Sunda: Beureum, Bareuh, Baseuh)
5.
Dari vulva tidah mengeluarkan lendir
yang bening dan tidak berwarna.
6.
Nafsu makan normal.
7.
Jika dipalpasi perektal maka uterus tidak
berkontraksi, tegang, mengeras dengan permukaan
rata, cervik tidak berelaksasi dan pada ovarium tidak terdapat folikel de graaf
yang membesar dan sudah matang.
B.
Pembahasan
1. Pubertas
Perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bangsa sapi dan manajemen pemberian pakan. Dalam kondisi pemberian pakan yang baik pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan. Berat badan dan atau besar tubuh lebih penting daripada umur, sebab sapi yang diberi pakan rendah dua kali lebih tua daripada umur yang dicapai oleh sapi dengan tingkatan yang tinggi. Dimana bobot badan yang ideal untuk pubertas berkisar 227 – 272 kg pada umur rata – rata 15 bulan.
Perkembangan dan pendewasaan alat kelamin dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bangsa sapi dan manajemen pemberian pakan. Dalam kondisi pemberian pakan yang baik pubertas pada sapi betina dapat terjadi pada umur 5 – 15 bulan. Berat badan dan atau besar tubuh lebih penting daripada umur, sebab sapi yang diberi pakan rendah dua kali lebih tua daripada umur yang dicapai oleh sapi dengan tingkatan yang tinggi. Dimana bobot badan yang ideal untuk pubertas berkisar 227 – 272 kg pada umur rata – rata 15 bulan.
Sapi
mencapai dewasa kelamin sebelum dewasa tubuh tercapai. Keterangan ini memberi
petunjuk agar tidak mengawinkan sapi betina pada waktu munculnya tanda-tanda
pubertas yang pertama, Karena jika mengawinkan terlalu cepat, maka sapi akan
bunting dengan kondisi badan masih dalam proses pertumbuhan, maka tubuhnya
harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan anak dalam rahimnya (Rianto,2009).
2.
Berahi
Berahi pada hewan betina merupakan suatu proses yang kompleks dan
dapat terganggu pada berbagai stadium sebelum dan sesudah permulaan siklus
reproduksi. Siklus ini dimulai dengan pubertas atau dewasa kelamin yang
ditandai reproduksi dengan berfungsinya organ-organ kelamin betina. Kemudian
musim kawin yang ditandai dengan siklus birahi, kopulasi, adanya kelahiran
setelah kebuntingan dan anak disapih. Maka ternak betina akan kembali ke
masa siklus birahi dan seterusnya (Toelihere, 1981).
Siklus
birahi ternak betina terbagi menjadi 4 fase yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus. Proestrus ditandai
dengan pertumbuhan folikel tersier menjadi
folikel de graff. Kelenjar
endometrium memanjang, cervix mulai merelaksasi dan lumen cervix mulai memproduksi
lendir. Estrus ditandai dengan adanya kopulasi, ovum telah masak dan dinding
folikel menjadi tipis serta
terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel). Metestrus ditandai
dengan pembentukan corpus
hemorragicum ditempat folikel de graff, kelenjar kental disekeresikan oleh cervix untuk menutup lubang cervix. Diestrus ditandai dengan kebuntingan dan adanya sel-sel kuning
(luteum) di bawah lapisan hemoragik (Partodihardjo, 1980).
Pada sapi 05 vedca yang kami amati
yaitu menunjukan tidak menunjukan tanda -
tanda birahi karena:
1.
Sapi tidak terlihat gelisah, sapi
tersebut terlihat seperti biasanya.
2.
Sapi tidak sering melenguh ( dalam
bahasa jawa bengak bengok dalam suara emah emoh). Artinya disini sapi tetap
melenguh hanya sebatas melenguh biasa mungkin karena lapar.
3.
Sapi tidak menaiki dan dinaiki
sesamanya. Disini terdapat 2 kemungkinan yaitu pertama karena sapi tidak
menunjukkan tanda-tanda birahi dan yang kedua sapi tersebut dalam kondisi
diikat pada tiang pengikat sehingga sapi tidak menaiki dan dinaiki sesamanya.
4.
Keadaan vulva:
a)
Tidak berwarna merah,hangat ataupun
bengkak karena memang sapi tersebut tidak menunjukan birahi jadi keadaan
vulva berwarna normal.
b)
Suhunya hangat sepeti biasanya dan,
c)
vulva tidak telihat bengkak karena
keadaannya tidak tegang dan tidak mengeras.
5.
Dari vulva pun tidak mengeluarkan
cairan lendir tetapi terlihat kering, kalaupun basah karena sehabis kencing
ataupun buang air besar.
6.
Nafsu makan sapi tersebut normal,
atau bahkan malah masih kelaparan karena kekurangan pakan akibat pemberian
pakan yang kurang sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa:
1.
Sapi 05 vedca setelah melihat
tanda-tanda yang telah kami amati bahwa sapi tersebut tidak menunjukan
tanda - tanda birahi.
DAFTAR PUSTAKA
2.
http://www.ilmuternak.com/2015/01/tanda-tanda-birahi-estrus-pada-sapi.html
What is a Casino Dealer? - Dr.MCD
BalasHapusOnline 여수 출장샵 gambling is not only a form of entertainment, 의정부 출장마사지 but also 전라북도 출장샵 the 시흥 출장안마 place to play, a place to wager, as well as 속초 출장샵 a place to play.