Kamis, 26 Maret 2015

CONTOH SURAT PERJANJIAN JUAL BELI TERNAK SAPI



SURAT PERJANJIAN JUAL BELI
Yang bertandatangan dibawah ini:
1.      Nama               : Widiana Tias Anggreani
Pekerjaan         : Peternak
Alamat            : Sokaraja Tengah, Rt 02/Rw 03
Dalam hal ini sebagai penjual yang selanjutnya disebut sebagi pihak I.

2.      Nama               :Cecep Sulaiman
Pekerjaan         : Peternak
Alamat             : Pangalengan
Dalam hal ini sebagai pembeli yang selanjutnya disebut sebagi pihak II.     

Pada hari ini tanggal dua puluh dua bulan maret  tahun dua ribu lima belas telah dilakukan jual beli ternak sapi perah dengan persyaratan dan ketentuan sebagai berikut yang telah disepakati bersama antara kedua belah pihak yaitu pihak I dan pihak II.

1.      Obyek yang diperjualbelikan dalam perjanjian ini adalah, hewan ternak sapi yang sekurang-kurangnya berumur 1 (satu) tahun, dimana sapi perah tersebut dalam keadaan sehat dan tidak cacat.
2.      Kedua belah pihak mengetahui harga pembelian sapi ,yaitu sebesar [(Rp35.000.000,00) (tiga puluh lima juta rupiah )].
3.      Sapi yang menjadi obyek yang diperjual belikan  tersebut sepenuhnya milik pembeli (pihak ke II ).

Demikian surat perjanjian ini dibuat pada hari dan tanggal yang disebut pada awal perjanjian serta perjanjian ini dilakukan dengan keadaan sadar dan tidak ada paksaan.


  Cianjur, 22 Maret 2015

PIHAK I                                                                        PIHAK II
Description: C:\Users\User\Downloads\index.jpg                                                             Description: C:\Users\User\Downloads\index.jpg
Cecep Sulaiman                                                             Widiana Tias A


SISTEM KERANGKA



SISTEM KERANGKA
         
  1. Terminologi
  2. Klasifikasi Tulang
  3. Fungsi Tulang
  4. Kerangka Aksial
§     Tengkorak (Kranium)
§     Kolumna Vertebralis
§     Sternum dan Rusuk
  1. Kerangka Apendikular
§     Ekstremitas Pektoral
§     Ekstremitas Pelvis
  1. Fisiologi Tulang

Pengetahuan tentang tulang yang membentuk kerangka atau skeleton tubuh disebut osteologi. Skeleton hewan yang dibentuk oleh tulang merupakan struktur yang hidup.

Tulang mempunyai vasa darah, vasa limfatik dan nervus; dapat menjadi sasaran penyakit, mampu memperbaiki diri dan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan dengan adanya suatu stres.

Kira-kira sepertiga berat tulang terdiri kerangka organik yang berupa jaringan fibrosa dan sel-sel. Bahan organik terutama adalah kollagen dan polisakarid yang disebut glikosaminaglikan (GAGS), yang mengandung khondroitin sulfat. Bahan tersebut menyebabkan sifat elastis dan keras pada tulang.

Sedang dua-per-tiga berat tulang terdiri komponen anorganik (paling banyak adalah garam-garam kalsium dan fosfat) yang terdeposit pada kerangka organik. Garam­-garam menyebabkan sifat keras dan kaku pada tulang dan mampu menahan jalannya sinar-x.

TERMINOLOGI

Beberapa istilah selalu digunakan untuk penunjuk tulang; terutama tulang panjang, istilah tersebut meliputi:

Tulang kompakta (padat atau kortikal) menunjukkan lapisan yang keras pada tulang, yang menutup sebagain besar tulang dan menyusun seluruh batang tulang panjang.
Tulang kanselosa (spongiosa) disusun oleh lembaran-lembaran (spikulae) yang tersusun sehingga membentuk anyaman yang bersifat porous. Rongga-rongga yang terbentuk biasanya dipenuhi oleh sumsum tulang.
Korteks menunjukkan tulang kompakta yang menyusun batang tulang panjang.
Kavitas medullaris (rongga sumsum) merupakan rongga yang dikelilingi korteks tulang panjang. Pada hewan muda dipenuhi oleh sumsum tulang merah (medulla osseum rubrum) dan secara bertahap akan berubah menjadi sumsum tulang kuning (medulla osseum flavum) sesuai dengan meningkatnya umur hewan.
Epifisis menunjukkan kedua ujung tulang panjang. Ujung yang dekat dengan tubuh merupakan ujung proksimal dan ujung yang jauh dengan tubuh merupakan ujung distal.
Diafisis merupakan batang silindris pada tulang panjang, terletak di antara dua epifisis.
Kartilago epifisialis atau diskus (fisis) merupakan lapisan kartilago hialin yang memisahkan diafisis dan epifisis, terdapat dalam metafisis (bagian yang lebar) pada tulang yang belum masak. Hanya daerah ini yang dapat menyebabkan tulang bertambah panjang.
Metafisis pada tulang yang masak merupakan daerah yang melebar di dekat epifisis.
Kartilago artikularis merupakan lapisan kartilago hialin yang tipis, yang melapisi permukaan persendian tulang.
Periosteum adalah membran fibrosa yang melapisi permukaan tulang, kecuali di daerah kartilago artikularis. Periosteum bertanggung jawab dalam peningkatan diameter tulang dan berfungsi dalam proses penyembuhan tulang yang patah.
Endosteum merupakan membrana fibrosa yang membatasi rongga sumsum dan kanal-kanal osteonal (kanalis Heversi) pada tulang.

KLASIFIKASi TULANG

Berdasarkan wujud, suatu tulang kemungkinan termasuk salah satu klasifikasi yaitu: panjang, pendek, pipih, sesamoid, pneumatik atau irregular.

Tulang panjang mempunyai ukuran yang besar pada salah satu sisi dibanding sisi yang lain. Masing-masing terdiri atas bagian batang yang relatif silindris (diafisis) dan dua ekstremitas yang disebut epifisis, antara diafisis dan epifisis terdapat bagian yang disebut metafisis. Tulang panjang mempunyai fungsi utama sebagai pengungkit dan memperkuat penyokong, gerak dan prehensi.

Tulang pendek biasanya kuboid atau sisi-sisinya kira-kira mem­punyai ukuran yang sama. Tidak terdapat rongga sumsum, tetapi bagian dalam disusun oleh substansi spongiosa yang dipenuhi oleh celah-celah yang berisi sumsum. Bagian luar dibentuk oleh lapisan tipis yang terdiri substansi kompakta.
Tulang pendek berfungsi untuk menyerap goncangan yang keras dan terdapat pada persendian yang kompleks seperti pada persendian karpus (lutut) dan tarsus, yang mempunyai gerakan bervariasi juga sebagai penyerap bila terjadi suatu tekanan.

Tulang pipih relatif tipis dan meluas ke dua arah. Terdiri dua lembar substansi kompakta, yaitu lamina eksterna dan lamina interna, yang dipisahkan oleh substansi spongiosa disebut diploe. Tulang pipih mempunyai fungsi utama sebagai pelindung organ-organ penting seperti otak, jantung dan paru-paru dan vissera pelvikalis, tetapi beberapa jenis merupakan daerah yang luas sebagai tempat perlekatan otot-otot.

Tulang sesamoid bentuknya mirip biji sejenis tumbuhan dan berkembang disepanjang jalur tendo berperan untuk mengurangi geseran tendo atau perubahan jalur tendo. Kemungkinan juga ber­peran sebagai pengubah sudut tari suatu otot, dengan demikian memperbesar kerja mekanis otot. Patella (tempurung lutut) me­rupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh.

Tulang pneumatikus mengandung celah-celah udara atau sinusoid yang berhubungan dengan bagian luar. Contoh jenis tulang ini adalah os fronyale dan os maxillare pada kranium.

Tulang irreguler merupakan tulang-tulang yang tidak ber­pasangan, terdapat pada bidang median. Jenis tulang ini meliputi vertebrae dan tulang-tulang yang tidak berpasangan pada kranium. Tulang-tulang tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi tulang yang lain dan berperan sebagai pelindung, penyokong dan tempat perlekatan otot.


FUNGSI-FUNGSI TULANG

Fungsi-fungsi tulang meliputi : sebagai pelindung, memberikan kekerasan dan bentuk pada tubuh, berperan sebagai pengungkit, tempat cadangan mineral dan memberikan fasilitas tempat untuk pembentukan darah.

Salah satu funqsi utama tulang adalah memberikan perlindung­an pada organ-organ penting. Sistem nervorum sentrale dilindungi oleh kranium dan kolumna vertebralis; jantung dan paru-paru terdapat dalam ruang yang dibentuk oleh kosta; dan sistem urogenitale pars interna oleh pelvis.

Hewan yang tidak mempunyai beberapa jenis skeleton, maka tidak mempunyai bentuk yang tetap. Skeleton memberikan dasar pada struktur eksternal dan wujud sebagian besar hewan, seperti yang dilihat sekarang.

Pada vertebrata, gerak, pertahanan diri, penyerangan, me­nangkap dan aktifitas lainnya, sangat tergantung pada aktifitas otot yang melekat pada suatu pengungkit. Tanpa terkecuali, pengungkit tersebut dibentuk oleh tulang dan merupakan bagian integral dari skeleton.

Bagian dalam skeleton berperan sebagai tempat timbunan mineral-mineral yang dinamis, terutama kalsium dan fosfor. Mineral- mineral tersebut ditimbun dan dikeluarkan lagi bila dibutuhkan dalam proses homeokinesis.(untuk membentuk stabil)

Tulang sebetulnya tidak mempunyai fungsi secara langsung dalam pembentukan darah, tetapi yang berperan adalah sumsum yang terdapat dalam kavitas medullaris dan dalam substansi spongi­osa pada semua tulang-tulang muda.

KERANGKA AKSIAL

Secara praktis semua tulang termasuk skeleton aksiale, kecuali ekstremitas atau anggota badan. Tulang yang termasuk skeleton aksi­ale terdapat pada linea mediana, seperti vertebrae dan kranium, atau melekat pada tulang yang terdapat pada linea mediana, seperti kosta.

Tengkorak (Kranium)

Bagian skeleton yang membentuk kerangka dasar kepala di­sebut kranium. Mempunyai fungsi sebagai pelindung otak, penyo­kong berbagai organ sumsum dan membentuk awal saluran sistema digestoria dan sistema respiratoria.

Kranium terdiri atas 1) pars kranialis, yang mengelilingi otak dan 2) sisanya merupakan pars fasialis. Banyak pengamatan yang menunjukkan adanya perbedaan spesies, terutama pada bagian kepala, ini tergantung variasi pada pars fasialis kranium.
Kranium sebagian besar dibentuk dari tulang-tulang jenis mem­braneus, yang terdiri atas lamina interna dan lamina eksterna yang merupakan tulang padat dan dipisahkan oleh lapisan disebut diploe (yang merupakan tulang spongiosa).

Bagian kaudal (posterior) dan dorsal kranium dibentuk oleh os ossipitale, os parietale, os interparietale dan os frontale. Tanduk berkembang dari os frontale, pada hewan-hewan bertanduk.
Dinding lateral dan ventral dibentuk oleh os temporale, yang mengandung telinga bagian tengah dan dalam, dan os sfenoidale, yang menyokong otak dan glandula pituitari.
Bagian rostral (anterior) dibentuk oleh os etmoidale, yang banyak mengandung lubang-lubang berfungsi sebagai jalan nervus olfaktorius menuju ke indera pembau.

Pars fasialis dapat dibagi menjadi daerah orbita, nasal dan oral.
Orbit berarti "jalur" dan menunjukkan suatu selubung dari tulang yang melindungi mata selama hidup. Orbit dikelilingi oleh bagian-bagian os frontale, os lakrimale dan os sigomatikus.
Bagian nasal dan oral kranium kemungkinan berukuran pan­jang, seperti pada kuda, atau relatif sangat pendek, seperti pada manusia.

Jalur udara melalui bagian nasal pada kranium, yang dibatasi oleh os nasale di bagian dorsal, bagian lateral oleh maksilare dan premaksilare dan bagian ventral dibatasi oleh prosessus pale tinum maksila, premaksila dan os palatinum. Jalur nasal dipisahkan secara longitudinal oleh os vomer dan septum kartilaginea. Bangunan seperti gulungan kertas disebut konkhae (os turbinata) melekat pada dinding lateral kavitas nasalis dan arahnya masuk ke dalam jalur nasal. Konkhae merupakan tempat berakhirnya ujung organ indera pembau dan juga sebagai penyokong beberapa pembuluh darah yang ber­fungsi untuk memanaskan udara sewaktu terjadi inspirasi.
Hubungan dengan kavitas nasalis berupa rongga, yang dikenal sebagai sinus, terdapat beberapa sinus pada suatu tulang. Tulang-­tulang yang mengandung sinus meliputi os frontale, os maksilare, os nasale, os sfenoidale dan os palatine. Sinus frontalis pada Sapi kemungkinan tampak terbuka oleh karena terlepasnya tanduk hewan dewasa.
Atap bagian oral (mulut) dibentuk oleh maksila dan premak­sila, yang mengandung dentis dan oleh os palatina.
Di bagian ventrolateral, bagian oral dilengkapi oleh mandibula. Mandibula berporos pada bagian os temporale, di depan lubang telinga. Pada mandibula terdapat semua dentis bagian bawah dan merupakan tempat perlekatan otot yang berperan dalam proses pengunyahan dan penelanan.

Apparatus hioideus terdiri bagian tubuh (basihioid) dan be­berapa prosessus serta tonjolan-tonjolan (komua). Terletak di antara mandibula bagian kanan dan kiri, melekat pada prosessus stiloideus masing-masing os temporale petrosa.
Apparatus hioideus membentuk semacam penyangga yang menyokong lingua, larink dan secara tidak langsung farinx.
                                                                                            
Kolumna vertebralis

Kolumna vertebralis disusun oleh tulang-tulang yang terletak di median, tidak berpasangan dan irreguler yang disebut vertebrae. Huruf-huruf di bawah ini digunakan untuk menandai masing-masing daerah, yaitu :

C : Vertebrae Servikales - daerah leher.
T : Torakales atau Dorsales - daerah dada.
L : Lumbales - daerah pinggang.
S : Sakrales - di daerah pelvis - bergabung atau vertebra semu.
LS : gabungan lumbales dan sakrales (sapi).
Cd : Caudales (koksigealis) - terletak di daerah ekor.

Formula vertebrae pada spesies-spesies terdiri atas lambang huruf yang menunjukkan masing-masing daerah, diikuti dengan jumlah vertebrae pada daerah tersebut, pada suatu spesies. Formula vertebrae pada hewan-hewan dan manusia sebagai berikut :
Sapi : C7T13L6S5Cd18-20
Manusia    C7T12L5S5Cd4.

Bagian-bagian vertebra meliputi korpus, arkus dan prosessus.

Tubuh vertebra (korpus) merupakan massa silindris yang mem­bentuk bagian ventral vertebra dan foramen vertebralis.
Bagian dorsal, arkus melengkapi foramen vertebralis, yang mengandung medulla spinalis.
Bagian kranial dan kaudal merupakan prosessus artikularis yang membentuk persendian dengan vertebra di dekatnya.
Prosessus spinosus merupakan tonjolan ke dorsal yang mem­bentuk bangunan runcing (seperti duri).
Prosessus transversus merupakan tonjolan ke lateral pada arkus

Foramina intervertebralis terbentuk di bagian lateral, antara vertebrae, oleh karena pertemuan takik pada vertebra yang ber­dekatan.

Vertebrae servikales mempunyai prosessus artikularis yang baik perkembangannya, sehingga mampu memberikan fasilitas sejumlah gerakan yang normal, seperti yang dilihat pada daerah leher. Pro­sessus-prosessus yang lain, pada vertebrae servikales tampak kurang berkembang bila dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya.

Semua mammalia domestik mempunyai tujuh vertebrae servikales.
Vertebrae servikales yang pertama disebut atlas. Tidak mem­punyai prosessus spinosus dan korpus menjadi satu dengan aksis, sebagai bangunan seperti gigi.
Vertebrae servikales yang kedua disebut aksis. Mempunyai prosessus spinosus yang lebar, tetapi tidak tinggi.
Vertebrae servikales lainnya bentuknya sama. Prosessus spi­nosus kecil dan prosessus transversus kecil, tetapi rata-rata mem­punyai prosessus artikularis yang besar. Kecuali vertebra servikales yang terakhir, setiap prosessus transversus vertebra servikales mem­punyai lubang yang disebut foramen transversum.

Vertebra torakales ditandai oleh prosessus spinosus yang sangat berkembang. Di daerah bahu, prosessus spinosus rnembentuk pangkal pada prominensia dorsalia yang dikenal sebagai "withers".
Fovea kostalis (faset artikularis) pada korpus vertebrae torakales merupakan kavitas untuk persendian ujung kranial kosta. Setiap prosessus transversus juga mempunyai fovea kostalis transversus (faset) untuk persendian tuberkulum kosta dari kosta yang sama, sesuai dengan vertebra.

Vertebrae lumbales mempunyai prosessus transversus yang besar, pipih, menonjol ke lateral. Bangunan tersebut membentuk lengan tulang yang panjang pada potongan tulang berbentuk-T. Prosessus spinosus sama dengan yang terdapat pada beberapa vertebrae torakales yang terakhir. Prosessus artikularis lebih ber­kembang daripada vertebrae torakales, tetapi tidak besar, seperti halnya pada vertebrae di daerah serviks. Korpus dan bagian kaudal, prosessus artikularis vertebra lumbalis yang terakhir bersendi dengan sakrum.

Vertebrae sakrales menjadi satu membentuk bangunan seperti pasak dan dikenal sebagai sakrum, yang bersendi dengan vertebra lumbales di bagian kranial dan dengan vertebrae kaudales (kok sigeales) di bagian kaudal serta di sebelah kraniolateralis bersendi dengan ilium. Foramina intervertebralis tampak sebagai sederetan foramina skrales di sebelah dorsal dan ventral pada masing-masing sisi sakrum. Seperti halnya foramina intervertebralis, foramina sakrales merupakan jalan bagi nervus spinalis.

Vertebra kaudalis (kossigealis) membentuk pangkal tulang ekor. Dengan demikian jumlahnya pada spesies satu dengan spesies yang lain bervariasi dan kadang-kadang pada satu spesies yang sama juga berbeda. Ukuran vertebra makin ke arah kaudal makin mengecil, sehingga beberapa vertebra kaudalis yang terakhir merupakan tulang yang berbentuk batang yang kecil.

Sternum dan kosta

Sternum merupakan tulang dada yang terdapat di dasar toraks dan merupakan tempat perlekatan kartilago kostalis kostavera (kosta sternalis), serta merupakan origo muskulus pektoralis. Bagian kranial sternum disebut manubrium; bagian tengah disebut trunkus ("body"); dan bagian kaudal disebut prosessus xiphoideus. Ujung kranial manubrium pada kuda merupakan kartilago yang berbentuk seperti tunas kapal dan disebut kartilago kariniforrnis. Sternum terdiri segment-segment yang disebut stemebrae pada umur yang lanjut segment-segment tersebut akan berkembang menjadi satu (fusi). Jumlah sternebrae pada tiap spesies bervariasi.

Kosta membentuk dinding lateral tulang dada. Biasanya jumlah pasangan-pasangan kosta sama dengan jumlah vertebra torakalis. Jarang kosta tambahan atau pasangan kosta terletak di sebelah kranial atau kaudal vertebrae torakalis. Kosta sternalis (sejati) ber­pangkal dari masing-masing vertebra torakalis menuju sternum, yang perlekatannya secara langsung melalui kartilago kostalis. Jumlah kosta sternalis sesuai dengan jumlah sternebrae pada hewan. Kosta yang terletak di sebelah kaudal kosta sternalis disebut kosta aster­nalis (kosta spuria, semu) karena perlekatannya dengan sternum secara tidak langsung. Kartilago kostalis pada masing-masing kosta asternalis saling melekat, jadi terdapat hubungan antara kosta asternalis dan sternalis secara tidak langsung. Kadang-kadang satu atau dua pasang kosta pada ujung ventralnya samasekali tidak berhubung­an dengan kosta yang lain. Kosta demikian disebut kosta fluktuanta. Ruang antara tiap-tiap kosta disebut ruang interkostalis dan jumlah­nya sesuai dengan jumlah kosta.

Kosta terdiri batang lengkung, yaitu, pars sternalis yang ter­letak dibagian ventral dan pars vertebralis yang terletak di bagian dorsal. Dengan perkecualian pada kosta fluktuanta, pars sternalis dilanjutkan oleh kartilago kostalis. Pars vertebralis terdiri kaput yang berbentuk sferis, yang dihubungkan dengan kosta oleh suatu konstriksi (bagian yang menyempit) dan tuberkulum yang meru­pakan permukaan persendian dengan prosessus transversus pada vertebra torakalis. Kaput bersendi dengan bagian utama dua vertebra yarg berdekatan.
KERANGKA APENDIKULAR

Skeleton appendikulare membentuk tulang-tulang anggota badan.
Tulang-tulang anggota badan depan (pekto­ralis) dibandingkan dengan anggota badan belakang (pelvikalis) ber­dasarkan daerahnya.

Ekstremitas Pektoralis
Skapula (tulang belikat) pada semua hewan agak pipih dan merupakan tulang triangularis. Pars distalis membentuk persendian dengan humerus (tulang lengan), yang dikenal sebagai "ventral angle", dan membentuk persendian yang sebenarnya antara skapula dengan tulang yang lain pada hewan-hewan domestik.

Humerus (tulang lengan atas) merupakan tulang panjang yang mempunyai struktur halus yang bervariasi pada satu hewan dengan yang lain. Tulang tersebut mempunyai bagian utama dan dilengkapi dengan dua ekstremitas. Ujung proksimal (ujung atas) bersendi dengan sisi ventral skapula membentuk persendian bahu. Tonjolan yang dibentuk oleh ujung humerus disebut titik/kedudukan bahu.

Ujung proksimal (atas) humerus mempunyai banyak tonjolan yang bentuknya tidak teratur (tuberositas atau tuberkulum), hal tersebut akibat adanya tarikan yang kuat dari otot-otot yang melekat pada­nya. Ujung distal humerus membentuk persendian siku dengan ujung proksimal radius dan ulna.

Tulang yang besar pada lengan bawah disebut radius dan yang kecil disebut ulna. Radius merupakan tulang panjang yang terletak disisi medial lengan bawah, yang dapat langsung diraba di bawah kulit. lstilah radial sering digunakan sebagai kata sifat dengan maksud sesuatu yang berhubungan dengan ekstremitas anterior, demikian juga istilah ulnar kemungkinan digunakan untuk tempat yang terletak di sisi lateral.

Ulna mempunyai tingkat perkembangan yang bervariasi, ter­gantung pada spesies hewan. Prosessus olekranon terdapat pada semua spesies hewan, menonjol di atas, dan di bawah persendian siku. Prosessus tersebut membentuk sebuah pengungkit untuk perlekatan otot yang berfungsi untuk meluruskan siku.

Metakarpus merupakan daerah disebelah distal karpus. Pada kuda, terdiri satu metakarpus yang besar sebagai basis jari ketiga atau jari tengah dan dua tulang metakarpus yang kecil. Tulang me­takarpus kedua terdapat di sisi medial dan yang ke empat pada sisi lateral. Fusi tulang kecil pada tulang metakarpus menghasilkan pembentukan tulang yang menyebabkan timbulnya keadaan yang dikenal "splints", kemungkinan hal tersebut yang menyebabkan kepincangan pada kuda.
Pada sapi dan domba, metakarpus merupakan hasil fusi tulang-­tulang metakarpus yang ke tiga dan ke empat. Suatu alur vertikal pada metakarpus menunjukkan garis fusi kedua tulang tersebut.
Jari-jari sangat bervariasi jumlahnya, dari satu sampai lima. Kuda, hanya mempunyai satu jari, seakan-akan berjalan dengan ujung jari tengah atau jari ketiga. Jari-jari seperti halnya tulang metakarpus

Pada Sapi, kambing dan domba, prinsipnya mempunyai dua jari atau kuku, yaitu jari ketiga dan keempat. Jari kedua dan kelima, hanya merupakan bangunan seperti cakar yang terletak di sebelah belakang tumit. Pada babi bangunan cakar sangat berkembang dan itu merupakan jari kedua dan kelima. Anjing dan kucing biasanya mempunyai lima jari pada masing-masing kaki depan. Jari pertama mempunyai bangunan cakar dan ini letaknya sesuai dengan letak ibujari pada manusia.


Ekstremitas pelvikalis

Lingkar pelvikalis terdiri tiga tulang yang berfusi membentuk tulang yang ireguler, yang disebut os kokse (os coxae). Masing-masing os kokse atau tulang pelvis, melekat sangat kuat di bagian simfisis yang terdapat di ventral, membentuk ossa koksarum (pelvis) dan dihubungkan dengan skeleton aksiale di sebelah dorsal melalui persendian yang kuat pada masing-masing sisinya. Persendian tersebut adalah artikulasi sakroiliaka dekstra dan sinistra.
Tulang-­tulang yang membentuk os kokse adalah ilium, isium dan pubis. Tulang-tulang tersebut bergabung melalui asetabulum pada persendian pinggul.
Ilium merupakan tulang terbesar dan terdapat paling dorsal. Bentuknya segitiga tidak teratur yang ujungnya terletak pada aseta­bulum dan basisnya terdapat pada kraniodorsal. Bagian tengah disebut tuber sakrale yang berhubungan dengan persendian sakro­iliaka di bagian linea mediana. Sisi lateralnya disebut tuber kokse dan dikenal sebagai pangkal pinggul atau "hook bone". Bagian yang berbentuk pipih dan lebar, terletak di antara tuber kokse dan tuber sakrale disebut prosesus iliaka dan tepi dorsal dikenal sebagai krista iliaka. Bagian utama ulium menonjol ke arah bawah dan belakang di antara prosesus dan asetabulum, membentuk dinding lateral pelvis.

Isium menonjol ke arah belakang dan ventral asetabulum, membentuk sebagian besar dasar pelvis. Isium mempunyai tonjolan ke kaudal yang disebut tuber isiadikum (tuber isii), dan biasanya disebut "pin bone".

Pubis merupakan tulang paling kecil di antara tiga tulang lainnya, membentuk bagian kranial dasar pelvis. Pubis juga meru­pakan unsur pembentuk asetabulum terutama pada sisi yang ber­lawanan dengan simfisis. Pubis dan isium membentuk batas lubang yang terbesar dalam tubuh, yaitu foramen obturator.

Femur (tulang paha) berpangkal pada persendian pinggul dan memanjang sampai "stifle" pada manusia merupakan persendian lutut). Bila dilihat pada penampang lintang dengan potongan yang membulat, femur merupakan tulang yang bulat Ujung proksimal femur bentuknya membulat yang bersendi dengan asetabulum pada os kokse, membentuk persendian pinggul.

Tibia dan fibula setara dengan radius dan ulna pada ekstre­mitas anterior. Tibia merupakan tulang yang besar dan terletak di sebelah medial, sedangkan fibula merupakan tulang yang kecil dan terletak di sisi lateral pada kaki. lstilah tibial dan fibular kadang-­kadang digunakan sebagai kata sifat dengan maksud yang sama dengan medial serta lateral.
Tibia mempunyai ujung proksimal yang melekat pada per­sendian lutut. Bagian utama tibia, panjang tetapi pada penampang melintang tampak berbentuk segitiga. Ujung distal tibia rnempunyai dua cekungan sagital yang membentuk persendian matakaki dengan tulang tibiotarsus (talus).

Tarsus disusun oleh tulang-tulang kecil seperti halnya karpus pada ektremitas anterior. Deretan proksimal tulang-­tulang tarsal terdiri dua tulang yang besar. Tulang tibiotarsus (talus) di sebelah dorsal terdapat dua bangunan seperti tanggul (peninggian) yang berguna untuk persendian dengan tibia. Tulang fibulotarsus (kalkaneus) menjulur ke arah depan dan belakang mem­bentuk titik matakaki. Kalkaneus berperan sebagai poros otot-otot yang berasal dari matakaki dan ini pada manusia dikenal sebagai tumit.

Metatarsus dan digiti pada ekstremitas posterior sama dengan metakarpus dan digiti pada ekstremitas anterior.

FISIOLOGI TULANG

Tulang mengandung sel-sel hidup dan matrik intraseluler yang diliputi garam mineral. Kalsium fosfat menyusun sekitar 80% bahan mineral, dan sisanya sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium fosfat.
Seratus cm3 dari tulang mengandung 10.000 mg kalsium, sebagai pembanding kebanyakan jaringan mengandung 6 mg per 100 cc dan untuk darah mengandung 10 mg per 100 ml. Demi­kianlah tulang membantu sebagai penampung mineral yang secara konstan diisi atau dikosongkan. Menurut Boyd, tidak ada jaringan lain dalam tubuh bisa melakukan pertumbuhan yang berlebihan dan absorpsi seperti pada tulang.
Sel-sel tulang dewasa ditemukan pada lakuna dalam matrik tulang. SepĂ njang hidup, osteoblas (sel-sel osteogenik) ditemukan pada lapisan dalam dari periosteum disekitar tulang, dan dalam endosteum dari rongga sumsum dan kanal haversi. Sel-sel ini ber­fungsi pada pertumbuhan tulang dan pada perbaikan fraktur.
Osifikasi adalah pembentukan dari tulang benar oleh deposisi dari garam-garam kalsium pada matrik dari jaringan osteoid. Kalsi­fikasi menunjuk pada deposisi dari garam-garam kalsium pada setiap jaringan.
Enzim fosfatase menghidrolisa ester-ester fosfat menjadi fosfat anorganik pada pertumbuhan tulang-tulang muda, tapi ini tidak harus ada pada kartilago sampai pusat osifikasi. Absorpsi dari tulang terjadi secara normal bilamana terjadi pengaturan kembali dari struktur, seperti biasanya pada pertumbuhan tulang dan per­baikan fraktur. Jaringan tulang mungkin diabsorpsi karena ketidakseimbangan hormonal (hiperparatiroidia), radang, tekanan, umur tua, dan penyakit tulang yang nyata.
Osteoklas (sel-sel perusak tulang) dan osteosit, dalam kerja samanya dengan penambahan suply darah di daerah itu, berfungsi pada resorpsi tulang baik dalam kondisi normal maupun patologik.
Tulang, walaupun pada karkas segar, memperlihatkan ke­kerasan, kepadatan, inelastik dan hampir kurang kehidupannya. Kenyataannya, tulang adalah jaringan yang mempunyai respon tinggi pada perubahan lingkungan, seperti perubahan tekanan, suply darah dan makanan. Tulang dapat berkurang ukurannya (atropi), bertambah ukuran (hipertropi), memperbaiki kerusakan dan mengatur kembali struktur internalnya sampai baik akibat tekanan dan gangguan. Baik kondisi normal ataupun patologik, tulang dapat mengubah bentuk sendiri menurut prinsip-prinsip perekayasaan yang baik untuk menopang stres yang maksimum dengan jaringan tulang yang minimum. Atropi tulang terjadi ketika tekanan konstan dan lebih, pada saat periode tekanan melampaui periode bebas, dan ketika sedikit atau tidak ada tekanan, seperti pada keadaan tidak ada beban. Proliferasi dari tulang, bagaimanapun, terjadi respon untuk penggoyangan atau tekanan yang berselang-seling. Demikianlah di bawah tekanan, teriadi baik atropi atau proliferasi tulang, tergantung pada tingkat dan lamanya tekanan sebaik pada tulang dewasa. Tekanan yang lebih pada pertumbuhan tulang akan melambat atau berhenti sementara tulang dewasa dapat menstimulasi dari per­tumbuhan di luar batas atau pengaturan kembali struktur.
Elastisitas adalah karakteristik dari substansi yang memung­kinkan untuk berubah bentuk bilamana mengalami stres tetapi kembali pada bentuk asalnya bila stres dipindahkan. Tulang relatif tidak elastis.
Tulang akan menyo­kong secara luas berat yang lebih pada situasi yang statis (pe­nyokongan berat tanpa gerakan) daripada situasi beban dinamis. Beban yang dinamis akibat dari benturan dari tulang dengan suatu obyek atau suatu obyek dengan tulang. Sebagai contoh, tulang kaki dari kuda menanggung beban statis ketika kuda itu berdiri tenang, tapi menanggung beban dinamis ketika kuda itu lari, meloncat atau menyepak.