SISTEM KERANGKA
- Terminologi
- Klasifikasi
Tulang
- Fungsi Tulang
- Kerangka Aksial
§
Tengkorak (Kranium)
§
Kolumna Vertebralis
§
Sternum dan Rusuk
- Kerangka
Apendikular
§
Ekstremitas Pektoral
§
Ekstremitas Pelvis
- Fisiologi Tulang
Pengetahuan tentang tulang
yang membentuk kerangka atau skeleton tubuh disebut osteologi. Skeleton hewan yang
dibentuk oleh tulang merupakan struktur yang hidup.
Tulang mempunyai vasa darah,
vasa limfatik dan nervus; dapat menjadi sasaran penyakit, mampu memperbaiki diri dan menyesuaikan
diri terhadap perubahan-perubahan dengan adanya suatu stres.
Kira-kira sepertiga berat
tulang terdiri kerangka organik yang berupa jaringan fibrosa dan sel-sel. Bahan
organik terutama adalah kollagen dan polisakarid yang disebut glikosaminaglikan
(GAGS), yang mengandung khondroitin sulfat. Bahan tersebut menyebabkan sifat elastis dan
keras pada tulang.
Sedang dua-per-tiga berat
tulang terdiri
komponen anorganik (paling banyak adalah garam-garam kalsium dan fosfat) yang
terdeposit pada kerangka organik. Garam-garam menyebabkan sifat keras dan kaku pada tulang
dan mampu menahan jalannya sinar-x.
TERMINOLOGI
Beberapa istilah selalu
digunakan untuk penunjuk tulang; terutama tulang panjang, istilah tersebut meliputi:
Tulang kompakta (padat atau
kortikal) menunjukkan lapisan yang keras pada tulang, yang menutup sebagain besar
tulang dan menyusun seluruh batang tulang panjang.
Tulang kanselosa
(spongiosa) disusun oleh lembaran-lembaran (spikulae) yang tersusun
sehingga membentuk anyaman yang bersifat porous. Rongga-rongga yang terbentuk biasanya
dipenuhi oleh sumsum tulang.
Korteks menunjukkan tulang
kompakta yang menyusun batang tulang panjang.
Kavitas medullaris (rongga sumsum)
merupakan rongga yang dikelilingi korteks tulang panjang. Pada hewan muda
dipenuhi oleh sumsum tulang merah (medulla osseum rubrum) dan secara bertahap akan berubah menjadi sumsum
tulang kuning (medulla osseum flavum) sesuai dengan
meningkatnya umur hewan.
Epifisis menunjukkan kedua
ujung tulang panjang. Ujung yang dekat dengan tubuh merupakan ujung proksimal dan
ujung yang
jauh dengan tubuh merupakan ujung distal.
Diafisis merupakan batang
silindris pada tulang panjang, terletak di antara dua epifisis.
Kartilago epifisialis
atau
diskus (fisis) merupakan lapisan kartilago hialin yang memisahkan
diafisis dan epifisis, terdapat dalam metafisis (bagian yang lebar) pada
tulang yang belum masak. Hanya daerah ini yang dapat menyebabkan tulang bertambah
panjang.
Metafisis pada tulang yang
masak merupakan daerah yang melebar di dekat epifisis.
Kartilago artikularis merupakan
lapisan kartilago hialin yang tipis, yang melapisi permukaan persendian tulang.
Periosteum adalah membran
fibrosa yang melapisi permukaan tulang, kecuali di daerah kartilago artikularis.
Periosteum bertanggung jawab dalam peningkatan diameter tulang dan berfungsi
dalam proses
penyembuhan tulang yang patah.
Endosteum merupakan membrana
fibrosa yang membatasi rongga sumsum dan kanal-kanal osteonal (kanalis
Heversi) pada tulang.
KLASIFIKASi TULANG
Berdasarkan wujud, suatu tulang
kemungkinan termasuk salah satu klasifikasi yaitu: panjang, pendek, pipih,
sesamoid, pneumatik atau irregular.
Tulang panjang mempunyai ukuran
yang besar pada salah satu sisi dibanding sisi yang lain. Masing-masing terdiri
atas bagian batang yang
relatif silindris (diafisis) dan dua ekstremitas yang disebut epifisis, antara diafisis dan epifisis terdapat bagian yang disebut metafisis. Tulang panjang mempunyai fungsi utama sebagai pengungkit dan memperkuat penyokong, gerak dan prehensi.
Tulang pendek biasanya kuboid atau
sisi-sisinya kira-kira mempunyai ukuran yang sama. Tidak terdapat rongga sumsum,
tetapi bagian
dalam disusun oleh substansi spongiosa yang dipenuhi oleh celah-celah yang
berisi sumsum. Bagian luar dibentuk oleh lapisan tipis yang terdiri substansi
kompakta.
Tulang pendek berfungsi untuk
menyerap goncangan yang keras dan terdapat pada persendian yang kompleks seperti
pada persendian
karpus (lutut) dan tarsus, yang mempunyai gerakan bervariasi juga
sebagai penyerap bila terjadi suatu tekanan.
Tulang pipih relatif tipis dan
meluas ke dua arah. Terdiri dua lembar substansi kompakta, yaitu lamina eksterna
dan lamina interna, yang dipisahkan oleh substansi spongiosa disebut diploe. Tulang pipih mempunyai
fungsi utama sebagai pelindung organ-organ penting seperti otak, jantung dan paru-paru
dan vissera pelvikalis, tetapi beberapa jenis merupakan daerah yang luas sebagai tempat perlekatan
otot-otot.
Tulang sesamoid bentuknya mirip biji
sejenis tumbuhan dan berkembang disepanjang jalur tendo berperan untuk
mengurangi geseran tendo atau perubahan jalur tendo. Kemungkinan juga berperan sebagai pengubah
sudut tari suatu otot, dengan demikian memperbesar kerja mekanis otot. Patella (tempurung
lutut) merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh.
Tulang pneumatikus mengandung celah-celah
udara atau sinusoid yang berhubungan dengan bagian luar. Contoh jenis tulang ini adalah os fronyale
dan os maxillare pada kranium.
Tulang irreguler merupakan
tulang-tulang yang tidak berpasangan, terdapat pada bidang median. Jenis tulang ini
meliputi vertebrae dan tulang-tulang yang tidak berpasangan pada kranium.
Tulang-tulang tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi tulang yang lain dan
berperan sebagai pelindung, penyokong dan tempat perlekatan otot.
FUNGSI-FUNGSI TULANG
Fungsi-fungsi tulang meliputi
: sebagai pelindung, memberikan kekerasan dan bentuk pada tubuh, berperan sebagai
pengungkit, tempat cadangan mineral dan memberikan fasilitas tempat untuk pembentukan darah.
Salah satu funqsi utama tulang
adalah memberikan perlindungan pada organ-organ penting. Sistem nervorum sentrale
dilindungi oleh kranium dan kolumna vertebralis; jantung dan paru-paru terdapat dalam ruang yang
dibentuk oleh kosta; dan sistem urogenitale pars interna oleh pelvis.
Hewan yang tidak mempunyai
beberapa jenis skeleton, maka tidak mempunyai bentuk yang tetap. Skeleton memberikan
dasar pada struktur eksternal dan wujud sebagian besar hewan, seperti yang dilihat sekarang.
Pada vertebrata, gerak,
pertahanan diri, penyerangan, menangkap dan aktifitas lainnya, sangat tergantung
pada aktifitas otot yang melekat pada suatu pengungkit. Tanpa terkecuali,
pengungkit tersebut dibentuk oleh tulang dan merupakan bagian integral dari skeleton.
Bagian dalam skeleton
berperan sebagai tempat timbunan mineral-mineral yang dinamis, terutama kalsium dan
fosfor. Mineral- mineral tersebut ditimbun dan dikeluarkan lagi bila dibutuhkan dalam proses homeokinesis.(untuk
membentuk stabil)
Tulang sebetulnya tidak
mempunyai fungsi secara langsung dalam pembentukan darah, tetapi yang berperan
adalah sumsum yang terdapat dalam kavitas medullaris dan dalam substansi spongiosa pada semua
tulang-tulang muda.
KERANGKA AKSIAL
Secara praktis semua tulang
termasuk skeleton aksiale, kecuali ekstremitas atau anggota badan. Tulang yang
termasuk skeleton aksiale terdapat pada linea mediana, seperti vertebrae dan
kranium, atau melekat pada tulang yang terdapat pada linea mediana, seperti kosta.
Tengkorak (Kranium)
Bagian skeleton yang membentuk
kerangka dasar kepala disebut kranium. Mempunyai fungsi sebagai pelindung
otak, penyokong berbagai organ sumsum dan membentuk awal saluran sistema digestoria dan sistema
respiratoria.
Kranium terdiri atas 1) pars
kranialis, yang mengelilingi otak dan 2) sisanya merupakan pars fasialis. Banyak pengamatan yang
menunjukkan adanya perbedaan spesies, terutama pada bagian kepala, ini
tergantung variasi pada pars fasialis kranium.
Kranium sebagian besar
dibentuk dari tulang-tulang jenis membraneus, yang terdiri atas lamina interna dan
lamina eksterna yang merupakan tulang padat dan dipisahkan oleh lapisan
disebut diploe (yang merupakan tulang spongiosa).
Bagian kaudal (posterior) dan
dorsal kranium dibentuk oleh os ossipitale, os parietale, os interparietale dan os frontale. Tanduk
berkembang
dari os frontale, pada hewan-hewan bertanduk.
Dinding lateral dan ventral
dibentuk oleh os temporale, yang mengandung telinga bagian tengah dan dalam, dan os sfenoidale,
yang menyokong otak dan glandula pituitari.
Bagian rostral (anterior)
dibentuk oleh os etmoidale, yang banyak mengandung lubang-lubang berfungsi sebagai
jalan nervus olfaktorius menuju ke indera pembau.
Pars fasialis dapat dibagi menjadi
daerah orbita, nasal dan oral.
Orbit berarti
"jalur" dan menunjukkan suatu selubung dari tulang yang melindungi mata
selama hidup. Orbit dikelilingi oleh bagian-bagian os frontale, os lakrimale
dan os sigomatikus.
Bagian nasal dan oral kranium
kemungkinan berukuran panjang, seperti pada kuda, atau relatif sangat pendek,
seperti pada manusia.
Jalur udara melalui bagian
nasal pada kranium, yang dibatasi oleh os nasale di bagian dorsal, bagian lateral
oleh maksilare dan premaksilare dan bagian ventral dibatasi oleh prosessus pale
tinum maksila, premaksila dan os palatinum. Jalur nasal dipisahkan
secara longitudinal
oleh os vomer dan septum kartilaginea. Bangunan seperti gulungan kertas
disebut konkhae (os turbinata) melekat pada dinding lateral kavitas
nasalis dan arahnya masuk ke dalam jalur nasal. Konkhae merupakan tempat
berakhirnya ujung organ indera pembau dan juga sebagai penyokong beberapa pembuluh darah
yang berfungsi untuk memanaskan udara sewaktu terjadi inspirasi.
Hubungan dengan kavitas
nasalis berupa rongga, yang dikenal sebagai sinus, terdapat beberapa sinus pada
suatu tulang. Tulang-tulang yang mengandung sinus meliputi os frontale, os
maksilare, os nasale, os sfenoidale dan os palatine. Sinus frontalis pada Sapi kemungkinan tampak
terbuka oleh karena terlepasnya tanduk hewan dewasa.
Atap bagian oral (mulut)
dibentuk oleh maksila dan premaksila, yang mengandung dentis dan oleh os palatina.
Di bagian ventrolateral, bagian
oral dilengkapi oleh mandibula. Mandibula berporos pada bagian os temporale, di
depan lubang telinga. Pada mandibula terdapat semua dentis bagian bawah dan merupakan tempat
perlekatan otot yang berperan dalam proses pengunyahan dan penelanan.
Apparatus hioideus terdiri bagian tubuh (basihioid) dan
beberapa
prosessus serta tonjolan-tonjolan (komua). Terletak di antara mandibula bagian
kanan dan kiri, melekat pada prosessus stiloideus masing-masing os temporale petrosa.
Apparatus hioideus membentuk
semacam penyangga yang menyokong lingua, larink dan secara tidak langsung
farinx.
Kolumna vertebralis
Kolumna vertebralis disusun
oleh tulang-tulang yang terletak di median, tidak berpasangan dan irreguler yang
disebut vertebrae. Huruf-huruf di bawah ini digunakan untuk menandai masing-masing daerah,
yaitu :
C : Vertebrae Servikales - daerah
leher.
T : Torakales atau Dorsales -
daerah dada.
L : Lumbales - daerah
pinggang.
S : Sakrales - di daerah
pelvis - bergabung atau vertebra semu.
LS : gabungan lumbales dan
sakrales (sapi).
Cd : Caudales (koksigealis) -
terletak di daerah ekor.
Formula vertebrae pada
spesies-spesies terdiri atas lambang huruf yang menunjukkan masing-masing daerah, diikuti
dengan jumlah
vertebrae pada daerah tersebut, pada suatu spesies. Formula vertebrae pada
hewan-hewan dan manusia sebagai berikut :
Sapi : C7T13L6S5Cd18-20
Manusia C7T12L5S5Cd4.
Bagian-bagian vertebra
meliputi korpus, arkus dan prosessus.
Tubuh vertebra (korpus) merupakan
massa silindris yang membentuk bagian ventral vertebra dan foramen vertebralis.
Bagian dorsal, arkus
melengkapi foramen vertebralis, yang mengandung medulla spinalis.
Bagian kranial dan kaudal
merupakan prosessus artikularis yang membentuk persendian dengan vertebra di
dekatnya.
Prosessus spinosus merupakan
tonjolan ke dorsal yang membentuk bangunan runcing (seperti duri).
Prosessus transversus merupakan tonjolan ke
lateral pada arkus
Foramina intervertebralis
terbentuk
di bagian lateral, antara vertebrae, oleh karena pertemuan takik pada vertebra yang
berdekatan.
Vertebrae servikales mempunyai prosessus
artikularis yang baik perkembangannya, sehingga mampu memberikan fasilitas
sejumlah gerakan yang normal, seperti yang dilihat pada daerah leher. Prosessus-prosessus yang
lain, pada vertebrae servikales tampak kurang berkembang bila dibandingkan
dengan daerah-daerah lainnya.
Semua mammalia domestik
mempunyai tujuh vertebrae servikales.
Vertebrae servikales yang
pertama disebut atlas. Tidak mempunyai prosessus spinosus dan korpus menjadi satu
dengan aksis, sebagai bangunan seperti gigi.
Vertebrae servikales yang
kedua disebut aksis. Mempunyai prosessus spinosus yang lebar, tetapi tidak tinggi.
Vertebrae servikales lainnya
bentuknya sama. Prosessus spinosus kecil dan prosessus transversus kecil,
tetapi rata-rata mempunyai prosessus artikularis yang besar. Kecuali vertebra
servikales yang terakhir, setiap prosessus transversus vertebra servikales mempunyai lubang yang
disebut foramen transversum.
Vertebra torakales ditandai oleh
prosessus spinosus yang sangat berkembang. Di daerah bahu, prosessus spinosus
rnembentuk pangkal pada prominensia dorsalia yang dikenal sebagai "withers".
Fovea kostalis (faset
artikularis) pada korpus vertebrae torakales merupakan kavitas untuk persendian ujung kranial
kosta. Setiap prosessus transversus juga mempunyai fovea kostalis transversus
(faset) untuk persendian tuberkulum kosta dari kosta yang sama, sesuai dengan
vertebra.
Vertebrae lumbales mempunyai prosessus
transversus yang besar, pipih, menonjol ke lateral. Bangunan tersebut membentuk lengan tulang yang
panjang pada potongan tulang berbentuk-T. Prosessus spinosus sama
dengan yang terdapat pada beberapa vertebrae torakales yang terakhir. Prosessus
artikularis lebih berkembang daripada vertebrae torakales, tetapi tidak besar,
seperti halnya pada vertebrae di daerah serviks. Korpus dan bagian kaudal, prosessus artikularis
vertebra lumbalis yang terakhir bersendi dengan sakrum.
Vertebrae sakrales menjadi satu
membentuk bangunan seperti pasak dan dikenal sebagai sakrum, yang bersendi dengan
vertebra lumbales di bagian kranial dan dengan vertebrae kaudales (kok sigeales) di bagian
kaudal serta di sebelah kraniolateralis bersendi dengan ilium. Foramina
intervertebralis tampak sebagai sederetan foramina skrales di sebelah
dorsal dan ventral pada masing-masing sisi sakrum. Seperti halnya foramina
intervertebralis, foramina sakrales merupakan jalan bagi nervus spinalis.
Vertebra kaudalis
(kossigealis) membentuk pangkal tulang ekor. Dengan demikian jumlahnya pada
spesies satu dengan spesies yang lain bervariasi dan kadang-kadang pada satu spesies
yang sama juga berbeda. Ukuran vertebra makin ke arah kaudal makin mengecil, sehingga beberapa vertebra kaudalis yang
terakhir merupakan tulang yang berbentuk
batang yang kecil.
Sternum dan kosta
Sternum merupakan tulang
dada yang terdapat di dasar toraks dan merupakan tempat perlekatan kartilago kostalis
kostavera (kosta sternalis), serta merupakan origo muskulus pektoralis. Bagian
kranial
sternum disebut manubrium; bagian tengah disebut trunkus ("body"); dan bagian kaudal
disebut prosessus xiphoideus. Ujung kranial manubrium pada kuda merupakan kartilago
yang berbentuk seperti tunas kapal dan disebut kartilago kariniforrnis. Sternum
terdiri segment-segment yang disebut stemebrae pada umur yang lanjut segment-segment
tersebut akan berkembang menjadi satu (fusi). Jumlah sternebrae pada tiap
spesies bervariasi.
Kosta membentuk dinding
lateral tulang dada. Biasanya jumlah pasangan-pasangan kosta sama dengan jumlah vertebra
torakalis. Jarang kosta tambahan atau pasangan kosta terletak di sebelah kranial atau kaudal
vertebrae torakalis. Kosta sternalis (sejati) berpangkal dari
masing-masing vertebra torakalis menuju sternum, yang perlekatannya secara langsung
melalui kartilago kostalis. Jumlah kosta sternalis sesuai dengan jumlah sternebrae
pada hewan. Kosta yang terletak di sebelah kaudal kosta sternalis disebut kosta asternalis (kosta spuria, semu)
karena perlekatannya dengan sternum secara tidak langsung. Kartilago kostalis pada
masing-masing kosta asternalis saling melekat, jadi terdapat hubungan antara kosta asternalis dan sternalis
secara tidak langsung. Kadang-kadang
satu atau dua pasang kosta pada ujung ventralnya samasekali tidak berhubungan dengan kosta yang
lain. Kosta demikian disebut kosta fluktuanta. Ruang antara tiap-tiap kosta
disebut ruang interkostalis dan jumlahnya sesuai dengan jumlah kosta.
Kosta terdiri batang lengkung,
yaitu, pars sternalis yang terletak dibagian ventral dan pars vertebralis yang
terletak di bagian dorsal. Dengan perkecualian pada kosta fluktuanta, pars
sternalis dilanjutkan oleh kartilago kostalis. Pars vertebralis terdiri kaput yang berbentuk
sferis, yang dihubungkan dengan kosta oleh suatu konstriksi (bagian yang
menyempit) dan tuberkulum yang merupakan permukaan persendian dengan prosessus
transversus pada vertebra
torakalis. Kaput bersendi dengan bagian utama dua vertebra yarg berdekatan.
KERANGKA APENDIKULAR
Skeleton appendikulare
membentuk tulang-tulang anggota badan.
Tulang-tulang anggota badan depan (pektoralis) dibandingkan dengan anggota badan belakang
(pelvikalis) berdasarkan daerahnya.
Ekstremitas Pektoralis
Skapula (tulang belikat) pada
semua hewan agak pipih dan merupakan tulang triangularis. Pars distalis membentuk persendian dengan humerus
(tulang lengan), yang dikenal sebagai "ventral angle", dan membentuk
persendian yang sebenarnya antara skapula dengan tulang yang lain pada
hewan-hewan domestik.
Humerus (tulang lengan atas)
merupakan tulang panjang yang mempunyai struktur halus yang bervariasi pada satu hewan
dengan yang
lain. Tulang tersebut mempunyai bagian utama dan dilengkapi dengan dua
ekstremitas. Ujung proksimal (ujung atas) bersendi dengan sisi ventral skapula
membentuk persendian bahu. Tonjolan yang dibentuk oleh ujung humerus disebut
titik/kedudukan bahu.
Ujung proksimal (atas)
humerus mempunyai banyak tonjolan yang bentuknya tidak teratur (tuberositas atau
tuberkulum), hal tersebut akibat adanya tarikan yang kuat dari otot-otot yang
melekat padanya. Ujung distal humerus membentuk persendian siku dengan ujung proksimal radius dan
ulna.
Tulang yang besar pada lengan
bawah disebut radius dan yang kecil disebut ulna. Radius merupakan tulang
panjang yang terletak disisi medial lengan bawah, yang dapat langsung diraba di bawah
kulit. lstilah radial sering digunakan sebagai kata sifat dengan maksud sesuatu
yang berhubungan dengan ekstremitas anterior, demikian juga istilah ulnar
kemungkinan digunakan untuk tempat yang terletak di sisi lateral.
Ulna mempunyai tingkat
perkembangan yang bervariasi, tergantung pada spesies hewan. Prosessus olekranon
terdapat pada semua spesies hewan, menonjol di atas, dan di bawah persendian siku. Prosessus tersebut membentuk sebuah
pengungkit untuk perlekatan otot yang
berfungsi untuk meluruskan siku.
Metakarpus merupakan daerah
disebelah distal karpus. Pada kuda, terdiri satu metakarpus yang besar sebagai basis
jari ketiga atau jari tengah dan dua tulang metakarpus yang kecil. Tulang metakarpus kedua
terdapat di sisi medial dan yang ke empat pada sisi lateral. Fusi tulang
kecil pada tulang metakarpus menghasilkan pembentukan tulang yang
menyebabkan timbulnya keadaan yang dikenal "splints", kemungkinan hal tersebut
yang menyebabkan kepincangan pada kuda.
Pada sapi dan domba,
metakarpus merupakan hasil fusi tulang-tulang metakarpus yang ke tiga dan ke empat. Suatu alur vertikal pada metakarpus
menunjukkan garis fusi kedua tulang tersebut.
Jari-jari sangat bervariasi
jumlahnya, dari satu sampai lima. Kuda, hanya mempunyai satu jari, seakan-akan
berjalan dengan ujung jari tengah atau jari ketiga. Jari-jari seperti halnya tulang metakarpus
Pada Sapi, kambing dan domba,
prinsipnya mempunyai dua jari atau kuku, yaitu jari ketiga dan keempat. Jari kedua dan
kelima, hanya merupakan bangunan seperti cakar yang terletak di sebelah belakang tumit. Pada
babi bangunan cakar sangat berkembang dan itu merupakan jari kedua dan
kelima. Anjing dan kucing biasanya mempunyai lima jari pada masing-masing kaki depan.
Jari pertama mempunyai bangunan cakar dan ini letaknya sesuai dengan letak ibujari pada manusia.
Ekstremitas
pelvikalis
Lingkar pelvikalis terdiri
tiga tulang yang berfusi membentuk tulang yang ireguler, yang disebut os kokse (os coxae). Masing-masing os
kokse atau tulang pelvis, melekat sangat kuat di bagian simfisis yang terdapat di
ventral, membentuk ossa koksarum (pelvis) dan dihubungkan dengan
skeleton aksiale di sebelah dorsal melalui persendian yang kuat pada masing-masing sisinya. Persendian tersebut
adalah artikulasi sakroiliaka dekstra dan sinistra.
Tulang-tulang yang membentuk
os kokse adalah ilium, isium dan pubis. Tulang-tulang tersebut bergabung melalui asetabulum pada persendian pinggul.
Ilium merupakan tulang
terbesar dan terdapat paling dorsal. Bentuknya segitiga tidak teratur yang ujungnya
terletak pada asetabulum dan basisnya terdapat pada kraniodorsal. Bagian
tengah disebut
tuber sakrale yang berhubungan dengan persendian sakroiliaka di bagian linea
mediana. Sisi lateralnya disebut tuber kokse dan dikenal sebagai pangkal pinggul atau "hook bone".
Bagian
yang berbentuk pipih dan lebar, terletak di antara tuber kokse dan tuber sakrale disebut
prosesus iliaka dan tepi dorsal dikenal sebagai krista iliaka. Bagian utama ulium
menonjol ke arah bawah dan belakang di antara prosesus dan asetabulum, membentuk dinding
lateral pelvis.
Isium menonjol ke arah belakang
dan ventral asetabulum, membentuk sebagian besar dasar pelvis. Isium mempunyai
tonjolan ke kaudal yang disebut tuber isiadikum (tuber isii), dan biasanya disebut "pin bone".
Pubis merupakan tulang
paling kecil di antara tiga tulang lainnya, membentuk bagian kranial dasar pelvis.
Pubis juga merupakan unsur pembentuk asetabulum terutama pada sisi yang berlawanan dengan
simfisis. Pubis dan isium membentuk batas lubang yang terbesar dalam tubuh,
yaitu foramen obturator.
Femur (tulang paha) berpangkal pada
persendian pinggul dan memanjang sampai "stifle" pada manusia
merupakan persendian lutut). Bila dilihat pada penampang lintang dengan
potongan yang membulat, femur merupakan tulang yang bulat Ujung proksimal femur bentuknya membulat
yang bersendi dengan asetabulum pada os kokse, membentuk persendian pinggul.
Tibia dan fibula setara dengan radius dan ulna pada ekstremitas anterior. Tibia merupakan tulang yang besar dan terletak di sebelah
medial, sedangkan fibula merupakan tulang yang kecil dan terletak di sisi lateral pada kaki. lstilah tibial
dan fibular kadang-kadang digunakan
sebagai kata sifat dengan maksud yang sama dengan medial serta lateral.
Tibia mempunyai ujung proksimal
yang melekat pada persendian lutut. Bagian utama tibia, panjang tetapi pada
penampang melintang tampak berbentuk segitiga. Ujung distal tibia rnempunyai dua cekungan sagital yang membentuk
persendian matakaki dengan tulang
tibiotarsus (talus).
Tarsus
disusun
oleh tulang-tulang kecil seperti halnya karpus pada ektremitas anterior. Deretan
proksimal tulang-tulang tarsal terdiri dua tulang yang besar. Tulang tibiotarsus (talus) di sebelah
dorsal terdapat dua bangunan seperti tanggul (peninggian) yang berguna
untuk persendian dengan tibia. Tulang fibulotarsus (kalkaneus) menjulur ke arah depan dan
belakang membentuk titik matakaki. Kalkaneus berperan sebagai poros otot-otot yang berasal dari
matakaki dan ini pada manusia dikenal sebagai tumit.
Metatarsus dan digiti pada ekstremitas posterior
sama dengan metakarpus dan digiti pada ekstremitas anterior.
FISIOLOGI TULANG
Tulang mengandung sel-sel
hidup dan matrik intraseluler yang diliputi garam mineral. Kalsium fosfat
menyusun sekitar 80% bahan mineral,
dan sisanya sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat dan magnesium fosfat.
Seratus cm3 dari tulang
mengandung 10.000 mg kalsium, sebagai pembanding kebanyakan jaringan mengandung 6 mg
per 100
cc dan untuk darah mengandung 10 mg per 100 ml. Demikianlah tulang membantu
sebagai penampung mineral yang secara konstan diisi atau dikosongkan. Menurut Boyd, tidak
ada jaringan lain dalam tubuh bisa melakukan pertumbuhan yang berlebihan dan absorpsi seperti pada
tulang.
Sel-sel tulang dewasa
ditemukan pada lakuna dalam matrik tulang. SepĂ njang hidup, osteoblas (sel-sel
osteogenik) ditemukan pada lapisan dalam dari periosteum disekitar tulang, dan
dalam endosteum
dari rongga sumsum dan kanal haversi. Sel-sel ini berfungsi pada pertumbuhan
tulang dan pada perbaikan fraktur.
Osifikasi adalah pembentukan
dari tulang benar oleh deposisi dari garam-garam kalsium pada matrik dari jaringan
osteoid. Kalsifikasi menunjuk pada deposisi dari garam-garam kalsium pada setiap jaringan.
Enzim fosfatase menghidrolisa
ester-ester fosfat menjadi fosfat anorganik pada pertumbuhan tulang-tulang muda, tapi
ini tidak harus ada pada kartilago sampai pusat osifikasi. Absorpsi dari tulang terjadi secara
normal bilamana terjadi pengaturan kembali dari struktur, seperti biasanya pada
pertumbuhan tulang dan perbaikan fraktur. Jaringan tulang mungkin diabsorpsi karena
ketidakseimbangan
hormonal (hiperparatiroidia), radang, tekanan, umur tua, dan penyakit tulang yang
nyata.
Osteoklas (sel-sel perusak
tulang) dan osteosit, dalam kerja samanya dengan penambahan suply darah di daerah itu,
berfungsi pada resorpsi tulang baik dalam kondisi normal maupun patologik.
Tulang, walaupun pada karkas
segar, memperlihatkan kekerasan, kepadatan, inelastik dan hampir kurang
kehidupannya. Kenyataannya, tulang adalah jaringan yang mempunyai respon tinggi pada perubahan
lingkungan, seperti perubahan tekanan, suply darah dan makanan. Tulang dapat
berkurang ukurannya (atropi), bertambah ukuran (hipertropi), memperbaiki kerusakan
dan mengatur kembali struktur internalnya sampai baik akibat tekanan dan
gangguan. Baik kondisi normal ataupun patologik, tulang dapat mengubah bentuk sendiri
menurut prinsip-prinsip perekayasaan yang baik untuk menopang stres yang maksimum
dengan jaringan tulang yang minimum. Atropi tulang terjadi ketika tekanan konstan dan
lebih, pada
saat periode tekanan melampaui periode bebas, dan ketika sedikit atau tidak ada
tekanan, seperti pada keadaan tidak ada beban. Proliferasi dari tulang, bagaimanapun,
terjadi respon untuk penggoyangan atau tekanan yang berselang-seling.
Demikianlah di bawah tekanan, teriadi baik atropi atau proliferasi tulang, tergantung pada tingkat dan
lamanya tekanan sebaik pada tulang dewasa. Tekanan yang lebih pada pertumbuhan tulang akan
melambat atau berhenti sementara tulang dewasa dapat menstimulasi dari pertumbuhan di luar batas
atau pengaturan kembali struktur.
Elastisitas adalah
karakteristik dari substansi yang memungkinkan untuk berubah bentuk bilamana mengalami
stres tetapi kembali pada bentuk asalnya bila stres dipindahkan. Tulang relatif tidak elastis.
Tulang akan menyokong secara luas berat yang lebih pada
situasi yang statis (penyokongan berat tanpa
gerakan) daripada situasi beban dinamis. Beban yang dinamis akibat dari benturan dari tulang dengan suatu obyek atau suatu obyek dengan tulang. Sebagai
contoh, tulang kaki dari kuda
menanggung beban statis ketika kuda itu berdiri tenang, tapi menanggung beban dinamis ketika kuda itu
lari, meloncat atau menyepak.